jpnn.com - PEKANBARU - Kasus vaksin palsu yang belakangan sempat menghebohkan di pulau Jawa ternyata juga terindikasi ada di Provinsi Riau. Hal itu terungkap ketika Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Riau Andra Sjafril melakukan koordinasi dengan Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan (BBPOM) di Pekanbaru, Senin (27/6).
"Hari ini, (kemarin red) saya baru dapat kabar dari BBPOM bahwa di Riau juga ada indikasi vaksin palsu. Karena itu, saya sudah langsung mengutus staf agar terus berkoordinasi dengan BBPOM untuk menelusuri Pedagang Besar Farmasi (PBF) nya. Agar dapat langsung memanggil yang bersangkutan dan melakukan upaya lebih lanjut," kata Andra Sjafril seperti dikutip dari Riau Pos (Jawa Pos Group).
BACA JUGA: Mensos Ujicoba Bantuan Non-Tunai PKH dengan Kartu Combo
Selain upaya penelusuran tersebut, lanjut Kadinkes, pihak nya juga sudah menyurati seluruh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota di Riau untuk menelusuri adanya vaksin palsu di rumah sakit, klinik dan juga dokter praktik mandiri. Selain untuk menelusuri indikasi vaksin palsu, juga untuk melacak alamat orangtua yang bayinya baru saja diberikan vaksin.
"Tujuannya agar bayi dapat dilakukan imunisasi ulang di posyandu atau di puskesmas, tentunya kalau ada ditemukan vaksin palsu. Untuk itu perlu kerjasama dari semua pihak untuk hal ini," ujarnya.
BACA JUGA: Ini Dia Perda yang Dicabut Kemendagri
Terkait penelusuran PBF, Andra mengatakan bahwa hal itu akan dilakukan oleh BBPOM karena mereka lah yang memiliki tim penyidik. Kemudian jika sudah diketahui, maka akan dicari dan dilakukan tindakan lebih lanjut. Namun pihaknya belum mengetahui tindakan apa yang akan dilakukan pada PBF tersebut.
"Terhadap vaksin palsu tersebut, yang dikhawatirkan adalah strerilisasinya. Kalau cairan yang masuk kedalam tubuh itu tidak begitu signifikan efek sampingnya, karena informasinya cairan anti biotik. Namun jika ditemukan harus tetap dilakukan imunisasi ulang kepada bayi tersebut," jelasnya.
BACA JUGA: Peringatan Serius untuk PNS, Jangan Coba-coba Melanggar
"Benar ada kita amankan, tapi ini masih dugaan ya. Karena kepastian palsu atau tidaknya akan kita lakukan uji lab," ujar Kepala BBPOM Pekanbaru Indra Ginting, Senin (27/6).
Dua puluh vaksin yang diduga palsu itu terdiri dari vaksin Anti Tetanus Serum (ATS) sebanyak 10 ampul dan vaksin Anti Bisa Ular (ABS) sebanyak 10 file. "Masing-masing ada 10. Ini sudah kita amankan dan masih kita teliti kandunganya. Namun secara kasat mata ciri-cirinya patut untuk diduga palsu," ujarnya.
Vaksin-vaksin ini jika masuk kedalam tubuh dikatakan Ginting berbahaya. Sebab isi didalam vaksin palsu tidak dapat dipertanggung jawabkan. "Berbahaya itu sudah jelas. Tapi efeknya bagaimana kita tidak tahu. Karena belum ada contoh kasusnya kan,"ujar Ginting.
Namun, efek terbesar dari pemberian vaksin terhadap tubuh kata Ginting, tidak adanya manfaat dari vaksin itu sendiri terhadap kekebalan tubuh. Sebab vaksin palsu tidak berisi komposisi yang seperti dibutuhkan tubuh." Isinya kan cuma cairan. Tidak ada gunanya. Ini kan sudah rugi secara kesehatan rugi juga secara ekonomi," sebutnya.
Sampai saat ini BBPOM masih melakukan pemeriksaan terhadap karyawan sarana pendistribusian obat tersebut.Ini untuk mendalami dari mana vaksin-vaksin itu berasal dan kemana saja pendistribusianya."Ya masih akan kita dalami. Dari mana dia dapat, terus sudah kemana saja dia distribusikan vaksin-vaksin tersebut," pungkasnya.(sol/dik/ray/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Banyak Polisi Gadungan Berkeliaran, Begini Modusnya
Redaktur : Tim Redaksi