jpnn.com, JAKARTA - PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. (Indocement) membukukan volume penjualan (semen dan clinker) secara keseluruhan sebesar 17.586 ribu ton pada 2022, turun 374 ribu ton atau -2,1% dari volume 2021.
Direktur & Corporate Secretary Indocement, Antonius Marcos mengatakan penjualan ekspor menurun -23,8% dari 402 ribu ton pada 2021 menjadi 306 ribu ton pada 2022.
BACA JUGA: Pondasi Keuangan Kuat, Indocement Siap Hadapi Tantangan Ekonomi
Pendapatan neto perusahaan meningkat +10,5% menjadi Rp 16.328,3 miliar dari Rp 14.771,9 miliar pada 2021, yang disebabkan oleh kenaikan harga jual sepanjang 2022.
"Beban Pokok Pendapatan pada 2022 meningkat -16,0% dari -Rp9.645,6 miliar menjadi -Rp11.185,1 miliar karena kenaikan biaya energi, terutama dari harga batu bara, di pertengahan tahun pertama, sehingga mengurangi Margin Laba Bruto menjadi 31,5% di 2022 dari 34,7% di 2021," ujar Antonius.
BACA JUGA: Soal Penataan Buffer Zone, Pertamina tak Bisa Bergerak Sendirian
Pada Semester ke-2 2022, perusahaan baru berhasil mendapatkan batu bara DMO sebesar 60% dari total kebutuhan batu baranya.
Untuk mengurangi penggunaan batu bara dan dampak harga batu bara yang tinggi, perseroan terus meningkatkan pemakaian konsumsi bahan bakar alternatif dari 12,2% pada 2021 menjadi 18,1% pada 2022, termasuk peningkatan penggunaan batu bara berkalori rendah (LCV) dari 88% menjadi 92%.
BACA JUGA: Bukukan Pendapatan Rp 2,01 triliun, Siloam Hospitals Terus Perluas Jaringan
Peningkatan Beban Usaha sebesar +3.6% dari -Rp3.218,7 miliar menjadi -Rp3.334,3 miliar disebabkan oleh kenaikan biaya logistik dan aksi korporasi pada 2022.
Peningkatan Beban Operasi Lain – Neto sebesar +155,7% dari Rp163,3 miliar menjadi Rp417,6 miliar pada 2022 disebabkan oleh keuntungan valuta asing, klaim asuransi, penjualan barang bekas, dan penyelesaian beberapa proyek.
Akibatnya, pada 2022, Margin Laba Usaha turun dari 14% menjadi 13,6% dan Margin EBITDA berkurang dari 22,5% menjadi 21,2%.
Perseroan mencatatkan Pendapatan Keuangan - Neto yang lebih rendah sebesar -70,8% dari Rp139,3 miliar di 2021 menjadi Rp40,6 miliar karena posisi kas yang lebih rendah sehubungan dengan program pembelian saham kembali.
Beban Pajak Penghasilan – Neto meningkat +0.3% dari -Rp445,5 miliar menjadi -Rp446.9 miliar disebabkan oleh kenaikan Laba Usaha.
Berdasarkan angka keuangan di atas, Laba Tahun Berjalan naik +3.0% dari Rp 1.788,5 miliar menjadi Rp 1.842,4 miliar pada 2022.
Neraca Keuangan yang Tangguh Dari pembelian kembali saham sebesar Rp 2,73 triliun dan pembayaran dividen tahun lalu, perseroan membukukan posisi kas bersih dengan Kas dan Setara Kas sebesar Rp4,5 triliun.
"Arus kas yang kuat dihasilkan dari operasi dan upaya yang gigih dari manajemen untuk meningkatkan modal kerja adalah kunci untuk mempertahankan Neraca Keuangan Perseroan yang tangguh. Dengan Posisi Neraca Keuangan yang kuat dan tanpa utang pada bank, Indocement siap menghadapi tantangan ekonomi yang sedang berlangsung termasuk kelebihan pasokan kapasitas industri semen dan siap berpartisipasi pada peluang yang membawa sinergi baik di masa depan," jelasnya.
Proyeksi pada 2023 ini, dengan kombinasi harga yang lebih tinggi dari tahun lalu dan curah hujan yang tinggi sejak awal tahun, permintaan semen kantong saat ini terlihat masih relatif lemah.
"Namun, dengan perayaan Idulfitri yang lebih awal tahun ini, kami berharap permintaan semen kantong dapat mulai pulih pada bulan Mei dan berlanjut ke Semester ke-2 di mana belanja masyarakat dapat meningkat sebelum tahun pemilihan 2024. Sementara itu, kami perkirakan permintaan semen curah akan tetap tumbuh karena Anggaran Infrastruktur yang dirangkum dari APBN 2023 ditetapkan 5% lebih tinggi dari 2022," terang dia.
Pembangunan ibu kota baru (IKN) juga akan mendukung permintaan semen curah, oleh karena itu, kami perkirakan semen domestik akan tumbuh sekitar 2%–4% di tahun 2023.(chi/jpnn)
Redaktur & Reporter : Yessy Artada