Indonesia Belum Mampu Turunkan Angka Kematian Ibu

Jumat, 27 September 2013 – 07:16 WIB

jpnn.com - JAKARTA - Indonesia masih harus berjuang keras untuk menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) saat melahirkan. Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012 menunjukkan AKI melahirkan berjumlah 359 per 100 ribu kelahiran hidup. Hal tersebut sangat jauh dari target pemerintah alam percepatan pencapaian target Millenium Development Goal (MDG), yakni menurunkan AKI menjadi 102 per 100 ribu kelahiran hidup pada tahun 2015.

Oleh karenanya, pemerintah melalui Kementerian Kesehatan terus menggenjot upaya-upaya terkait untuk menurunkan angka kematian ibu melahirkan. Pada Kamis (26/9), Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi kembali meluncurkan Rencana Aksi Nasional Percepatan Penurunan Angka Kematian Ibu (RAN PPAKI) 2013-2015 guna membantu penurunan angka kematian ibu saat melahirkan.

BACA JUGA: Lelang E-KTP Rekomendasi KPK

"Rencana Aksi Nasional Percepatan Penurunan Angka Kematian Ibu (RAN PPAKI) 2013-2015 adalah salah satu upaya pemerintah untuk mempercepat penurunan AKI melahirkan," ujar Menkes di Jakarta, Kamis (26/9).

RAN PPAKAI memuat berbagai program kesehatan sebagai acuan setiap perencanaan kegiatan di tingkat pusat maupun di tingkat daerah dalam upaya "menurunkan kematian ibu. Ada tiga strategi yang disiapkan dalam RAN PPAKAI ini, yakni peningkatan cakupan dan kualitas pelayanan kesehatan ibu, peningkatan peran Pemerintah Daerah terhadap Peraturan yang dapat mendukung secara efektif pelaksanaan program dan pemberdayaan keluarga dan masyarakat.

BACA JUGA: Lagi, Akbar Minta Pencapresan Ical Dievaluasi

Ketiga strategi tersebut juga dibarengi dengan tujuh program utama yang akan dijalankan. Pertama, penyediaan pelayanan kesehatan ibu dan anak di tingkat desa sesuai standar. Kedua, penyediaan fasilitas kesehatan di tingkat dasar yang mampu memberikan pertolongan persalinan sesuai standar selama 24 jam 7 hari seminggu. Ketiga, penjaminan seluruh Puskesmas Perawatan, Puskesmas Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (PONED) dan Rumah Sakit Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif (RS PONEK) selama 24 jam 7 hari seminggu berfungsi sesuai standar.

Keempat, pelaksanaan rujukan efektif pada kasus komplikasi. Kemudian, perlu adanya penguatan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dalam tata kelola desentralisasi program kesehatan, seperti regulasi, pembiayaan, dan lain-lain. Keenam, pelaksanaan kemitraan lintas sektor dan swasta dan terakhir, peningkatan perubahan perilaku dan pemberdayaan masyarakat melalui pemahanan dan pelaksanaan P4K serta Posyandu.

BACA JUGA: Olly Dondokambey Bisa Jadi Tersangka Berikutnya

"Strategi tersebut berguna untuk menjawab tantangan yang ada. Yakni fasilitas pelayanan kesehatan sudah membaik, tetapi cakupan dan kualitas belum optimal. Kemudian, terbatasnya ketersediaan sumber daya strategis untuk kesehatan ibu dan neonatal dan rendahnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang kesehatan ibu," paparnya.

Menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) sudah ada peningkatan penggunaan tenaga kesehatan untuk ibu hamil dan melahirkan. Prosentase ibu hamil yang memeriksakan kehamilan ke tenaga kesehatan meningkat dari 92% pada 2002 menjadi 96% pada 2012. Sementara itu, untuk prosentase ibu bersalin dengan bantuan tenaga kesehatan meningkat dari 66% pada 2002 meningkat menjadi 83% pada 2012.

Menkes berharap hal tersebut bisa memberikan pengaruh signifikan terhadap upaya penurunan AKI melahirkan seterusnya. Ia mengatakan, hal tersebut juga terus diimbangi dengan pengusahaan tenaga kesehatan dalam jumlah yang memadai terutama tenaga bidan, menyediakan fasilitas pelayanan kesehataan yang terbaik sesuai standar terutama pelayanan obstetri neonatal emergensi dasar dan pelayanan obsetri neonatal emergensi komprehensif selama 24 jam dan mobilisasi seluruh lapisan masyarakat untuk program perencanaan persalinan dengan pencegahan komplikasi.

"Untuk tahap pertama implementasi, telah ditetapkan 9 provinsi dengan jumlah penduduk terbanyak yaitu Sumatra Utara, Sumatra Selatan, Lampung, DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Sulsel," ungkapnya.

Berdasarkan SDKI 2012 tercatat rata-rata AKI adalah 359 per 100 ribu kelahiran hidup. Rata-rata kematian ini jauh melonjak dibanding hasil SDKI 2007 yang mencapai 228 per 100 ribu kelahiran hidup. Hal ini tentu bertentangan dengan target pemerintah yang akan menurunkan AKI hingga 102 per 100 ribu pada 2015 sesuai dengan target MDGs.

Oleh sebab itu, Menkes meminta kepada jajaran pemerintah baik di tingkat pusat, provinsi, kabupaten/kota bersama seluruh lapisan masyarakat di Tanah Air untuk bekerja keras, bekerja cerdas, dan melaksanakan dengan sungguh-sungguh Rencana Aksi Nasional Percepatan Penurunan Angka Kematian Ibu 2013-2015. "Agar angka kematian ibu dapat segera kita turunkan menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup pada 2015", tandas Menkes. (mia)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Ayu Azhari Biasa Panggil Fathanah Sayang


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler