Indonesia Berpeluang Jadi Pusat Produksi Mobil ASEAN

Senin, 07 Maret 2016 – 21:44 WIB
Douglas Cassidy. Foto: Vox Populi for JPNN

jpnn.com - JAKARTA - Kepala sektor otomotif global di Ipsos Business Consulting Markus Scherer mengatakan, Indonesia perlahan bisa menggantikan Thailand sebagai pusat produksi otomotif di ASEAN.

“Buktinya jelas bahwa dalam hal tren output produksi kendaraan, perkembangan kebijakan, dan perbaikan infrastruktur, Indonesia akan terus meningkatkan kapasitas produksi, konsumsi domestik dan volume ekspor sekaligus. Produsen otomotif dan pemangku kebijakan di Indonesia, Thailand dan negara-negara lain tentu akan mempertimbangkan implikasi ini,” kata Scherer, Senin (7/3).

BACA JUGA: Naik Garuda Bisa Lihat Gerhana, Mau?

Selama ini, Thailand telah menjadi produsen mobil terbesar di Asia Tenggara dengan volume produksi dua juta unit per tahun. Sedangkan Indonesia baru memproduksi 1,1 juta.

Indonesia juga belum mampu mengimbangi Thailand dalam membangun pasar ekspor. Indonesia  mengekspor hanya 23 persen dari produksi domestiknya pada 2015. Di sisi lain, Thailand mampu mengekspor hingga 55 persen.

BACA JUGA: Tol Bandung Intra Urban Telan Rp 3,56 Triliun

Pada 2015 lalu, kesenjangan produksi antara dua negara adalah sekitar 810 ribu unit. Namun, gap diperkirakan akan menjadi 465 ribu pada 2020 mendatang. Ipsos Business pun yakin gap itu bisa diatasi dengan berbagai cara.

Salah satunya ialah peningkatan utilitasi pabrik. Pada 2015, Indonesia memiliki kapasitas produksi terpasang hingga dua juta unit kendaraan. Namun, hanya sekitar 62 persen yang dimanfaatkan.

BACA JUGA: Kementerian PUPR Target Realisasikan UU Tapera Mulai 2018

Selain itu, meningkatkan investasi lanjutan hingga USD 2,6 miliar untuk pembuatan pabrik baru atau untuk peningkatan kapasitas pabrik dengan asumsi tingkat utilisasi tetap sama.

Laporan Ipsos terbaru menekankan bahwa Indonesia memiliki potensi pertumbuhan domestik yang luar biasa. Hal ini bisa mendorong para investor untuk mengharapkan pertumbuhan penjualan yang solid jika mampu mendapatkan posisi yang tepat di pasar.

Douglas Cassidy, Direktur Ipsos Business Consulting Indonesia mengatakan, pemain otomotif global yang belum memiliki basis produksi yang signifikan di Indonesia akan semakin mempertanyakan apakah mereka telah diposisikan dengan tepat.

Yakni, untuk memperoleh pangsa pasar di ASEAN yang jumlah penduduknya telah mencapai lebih dari 600 juta jiwa.

“Selain itu apakah mereka bisa mempertahankan pangsa pasar yang sudah ada karena perusahaan lain akan berekspansi ke Indonesia dan Asia secara umum. Memiliki basis produksi di Indonesia akan memungkinkan mereka untuk mendapatkan keuntungan dari segi biaya, skala produksi dan rantai suplai di Indonesia yang diprediksi akan menjadi kekuatan otomotif yang unggul di ASEAN,” kata Cassidy.

Chukiat Wongtaveerat, Manajer Konsultasi Senior Ipsos Bangkok setuju dengan analisa Cassidy mengenai situasi pasar saat ini. Namun, dia menilai bahwa Thailand masih bisa melindungi industri otomotifnya.

Wongtaveerat mencatat bahwa beberapa produsen otomotif ternama telah mengumumkan strategi untuk keluar dari pasar Indonesia, terutama Ford Motor Company dan General Motors.

Ia mengatakan, pemain terkemuka lainnya, seperti Volkswagen, Hyundai dan Mazda belum mampu mengomunikasikan strategi yang jelas untuk mengamankan pangsa pasar yang kuat dan menguntungkan di kedua negara tersebut.

“Khususnya terkait dengan Indonesia, yang membutuhkan regulasi yang stabil dan pembangunan infrastruktur pendukung otomotif yang berkelanjutan dalam menghadapi penurunan angka penjualan saat ini. Begitu hal ini terjadi, kita akan melihat “efek domino”, dengan beberapa OEM lain yang belum memiliki basis produksi di tanah air untuk membangun pabrik dan melakukan ekspansi agresif pada jaringan diler mereka,” kata Wongtaveerat. (jos/jpnn)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... BACA NIH, Kabar Gembira Buat yang Belum Punya Rumah


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler