jpnn.com, JAKARTA - Indonesia dan Malaysia siap bersinergi memenuhi kebutuhan minyak kelapa sawit (crude palm oil/CPO) untuk Tiongkok.
Hal itu tak lepas dari kebijakan pemerintah Tiongkok yang menerapkan program biodiesel campuran lima persen dengan solar atau B5.
BACA JUGA: Kejar Thailand, Pemerintah Turunkan Pajak Sedan
Saat ini, Indonesia dan Malaysia memproduksi 90 persen dari total CPO dan telah mengisi 91,2 persen pasar ekspor di dunia.
’’Kami sepakat bersama-sama mendorong hal itu agar Tiongkok bisa menggunakan B5 sehingga mengurangi trade deficit dengan Indonesia dan Malaysia sekaligus sebagai energi yang ramah lingkungan,’’ ujar Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto yang beberapa hari lalu melakukan pertemuan dengan Menteri Perusahaan Perladangan dan Komoditi Malaysia Datuk Seri Mah Siew Keong.
BACA JUGA: Ponsel Ilegal Masuk, Negara Rugi Rp 1 Triliun per Tahun
Indonesia berharap penggunaan biodiesel di Tiongkok menjadi pasar potensial untuk meningkatkan ekspor produk sawit Indonesia.
Bahkan juga bisa menjadi peluang bagi pelaku industri nasional untuk berinvestasi membangun pabrik biodiesel.
BACA JUGA: DL Sitorus Meninggal di Pesawat, Begini Kronologisnya
’’Sawit merupakan salah satu komoditas strategis Indonesia dan Malaysia. Artinya, sukses atau gagalnya komoditas tersebut ada di tangan kedua negara sebagai pemasok 90 persen CPO ke pasar dunia,’’ ungkapnya.
Pada 2016, kapasitas produksi minyak goreng nasional mencapai 45 juta ton per tahun, oleofood 2,5 juta ton per tahun, oleochemical 3,5 juta ton per tahun, dan biodiesel 10,75 juta ton per tahun.
Selanjutnya, ekspor CPO dan produk turunannya pada Januari–Februari 2017 mencapai USD 4,1 juta atau meningkat 63 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama pada 2016. (agf/c22/sof)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Koarmabar Tangkap Dua Kapal Pengangkut CPO
Redaktur & Reporter : Ragil