jpnn.com, BUDAPEST - Indonesia diharapkan bisa menjaga kestabilan stok timah global. Selain itu, Indonesia juga diharapkan bisa menjadi produsen timah terbesar dunia.
Hal tersebut mengemuka dalam Konferensi Timah Internasional ke-21 (International TIN Conference) di Budapest, Hungaria, mulai 23-25 April 2018. Di ajang ini, PT Timah Tbk. menjadi salah satu delegasi dan pembicara untuk membahas isu strategis pertimahan dunia.
BACA JUGA: PT TIMAH Teken Kesepakatan dengan Topwide Venture Ltd
Hadi pada konferensi internasional yang diselenggarakan oleh International Tin Reserch Institute (ITRI) kali ini, antara lain Direktur Utama PT Timah Tbk Mochtar Riza Pahlevi Tabrani, Direktur Utama PT Antam Arie Prabowo Ariotedjo, dan Direktur Utama PT Bukit Asam Arfian Arifin.
Direktur Operasi dan Produksi PT Timah Tbk Alwin Albar mengaku, dari acara ini, dirinya bisa mendapatkan informasi tentang perkembangan kondisi terkini pertimahan dunia, kebutuhan dunia akan logam timah, hingga teknologi penggunaan produk timah.
BACA JUGA: Genjot Kinerja, PT Timah Tbk Butuh Pendampingan Kejagung
Alwin mengatakan, keikutsertaan PT Timah Tbk di ajang ini penting untuk menjaga konsistensi PT Timah Tbk sebagai salah satu produsen timah terbesar di dunia.
’’PT TIMAH adalah salah satu produsen timah terbesar di Dunia, dan forum internasional seperti ini adalah ajang di mana kita melihat kondisi bisnis timah global dan eksistensi perusahaan khususnya dalam hal perdagangan timah dunia,’’ ujar Alwin sebagaimana dalam keterangan tertulisnya.
BACA JUGA: Mudik Gratis bagi 1.000 Pelajar dan Mahasiswa, Buruan Daftar
Alwin yang hadir mewakili PT Timah Tbk memaparkan pada seluruh delegasi timah dunia tentang kondisi pertimahan di Indonesia, dan inovasi teknologi yang tengah dikembangkan PT Timah Tbk untuk memperkuat proses pertambangannya.
Alwin menjelaskan, saat ini Indonesia adalah produsen timah kedua terbesar di dunia dengan total produksi sepanjang 2017 mencapai 69.600 MTon, atau sekitar 25 persen dari produksi timah global. Ekspor timah dari Indonesia sempat mengalami penolakan selama periode 2012 hingga 2014.
Hal ini menurut Alwin, sangat sensitif dan berpengaruh pada fluktuasi harga timah dunia. Namun akhirnya, pada 2016-2017 Indonesia bisa kembali mengekspor timah untuk stok dunia. ''Produksi timah Indonesia pada 2018 diperkirakan mencapai 75.000 ton. Tentunya, Indonesia memengaruhi keberlangsungan pasokan timah dunia, dan hal ini adalah oportuniti untuk perusahaan bisa meningkatkan volume perdagangan industri pengguna timah,’’ tuturnya menambahkan.
Alwin juga memaparkan tentang inovasi teknologi penambangan yang saat ini diandalkan perusahaan untuk mengembangkan volume produksi. Yakni, teknologi produksi berbasis ramah lingkungan namun efisien secara cost produksi. Dengan inovasi ini, lanjut Alwin, perusahaan optimistis meningkatkan volume produksi.
’’Bor Hole Mining ini berproduksi dengan prinsip dasar melakukan ore getting, yakni mengeluarkan bijih timah dari dalam tanah dengan tidak membuka lapisan atas. Dampak positif yang dihasilkan adalah areal tambang menjadi kecil dengan luasan kurang lebih 5 meter persegi dan pasca penambangan lapisan tanah hanya menurun kurang lebih 5 cm,” jelas Alwin. (esy/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Penambangan Timah Oleh TKA di Solok Selatan Meresahkan Warga
Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad