jpnn.com, JAKARTA - Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) menyelenggarakan Rakernas dan Pertemuan Ilmiah Tahunan Ikatan Apoteker Indonesia (PIT IAI) ke-5 yang diadakan secara virtual pada 5-7 November 2020.
Acara tahun ini mengangkat tema Achieving Health for All: Pharmacy Optimising Primary Health Care Through Digital Technology.
BACA JUGA: Prof Keri Ungkap Jumlah Apoteker Terpapar Covid-19 Secara Nasional
Ketua IAI Nurul Falah mengatakan komitmen IAI untuk memastikan apoteker-apoteker Indonesia selalu sejalan perkembangan teknologi digital.
“Pertemuan ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas dan pengetahuan apoteker untuk memajukan dunia kefarmasian. Seiring dengan semakin berkembangannya teknologi digital, apoteker harus bisa memanfaatkannya secara optimal agar memberikan pelayanan kesehatan primer terbaik bagi masyarakat," jelasnya.
BACA JUGA: Indadari: Sakitnya Bagian Tubuh yang Diserang Sihir Seolah tak Terasa dengan Nikmatnya
Sebagai bagian dari rangkaian PIT IAI, Koalisi Indonesia Bebas TAR (KABAR) turut mengadakan seminar dengan mengusung tema Metode Pengurangan Bahaya untuk Mendukung Kesehatan Publik.
“Metode pengurangan risiko perlu diterapkan untuk menjawab permasalahan terkait kesehatan masyarakat. Metode ini dianggap bisa melengkapi strategi yang selama ini telah dilakukan oleh pemerintah dalam mengurangi angka kasus penyakit tidak menular,” ujar Ketua IAI Nurul Falah.
BACA JUGA: Ini 4 Jenis Buah dengan Kalori Tinggi, yang Lagi Diet Patut Waspada
Konsep pengurangan risiko merupakan pendekatan kesehatan publik yang bertujuan untuk mengurangi bahaya kesehatan dan sosial yang terkait dengan penggunaan zat tertentu, tanpa harus mewajibkan orang yang menggunakan zat tersebut untuk menjauhkan berhenti total.
Meski begitu, pilihan yang terbaik tentu saja tetap harus berhenti total.
Sementara, Ketua KABAR Ariyo Bimmo mengapresiasi dukungan IAI yang turut mempromosikan konsep pengurangan risiko di Indonesia.
Menurutnya, saat ini Indonesia sangat membutuhkan informasi tepat yang berlandaskan kajian ilmiah dalam penerapan metode pengurangan risiko.
“Saat ini Indonesia masih minim akan kajian ilmiah untuk konsep pengurangan risiko. Hal ini berimplikasi masifnya penyebaran informasi yang keliru. Dengan adanya kegiatan pertemuan ilmiah ini, diharapkan membantu meningkatkan pemahaman masyarakat dan juga pemerintah untuk mempertimbangkan konsep ini sebagai solusi peningkatan kualitas kesehatan masyarakat,” terang Bimmo.
Pemerintah juga harus terbuka dengan hadirnya produk-produk inovasi yang mengusung konsep pengurangan risiko, seperti gula, garam dan produk tembakau alternatif.
Selain itu, pemerintah perlu mendorong kajian ilmiah untuk memperkaya pengetahuan dan terus meneliti informasi yang tersedia.
Hal ini untuk mencegah pemerintah membuat kesimpulan yang terlalu dini dan tanpa fakta terhadap produk-produk tersebut.
Untuk mendorong riset dan menciptakan hasil yang komprehensif, pemerintah perlu menggandeng para pemangku kepentingan terkait dengan produk inovasi dengan pendekatan pengurangan risiko, seperti asosiasi, pelaku usaha, akademisi, dan konsumen.
“Adanya kajian ilmiah akan memicu industri untuk lebih mengembangkan produk dengan pendekatan pengurangan risiko. Kajian ilmiah bisa menjadi landasan pemerintah dalam mengatur produk-produk hasil pengembangan inovasi tersebut. Dengan begitu, implementasi pengurangan risiko dapat secara optimal membantu menciptakan kesehatan publik yang lebih baik,” tutup Pendiri dan Ketua Yayasan Pemerhati Kesehatan Publik (YPKP), Achmad Syawqie.(chi/jpnn)
Redaktur & Reporter : Yessy