Indonesia Favorit Investor, Dana Asing Masuk Rp 105 Triliun

Jumat, 19 Mei 2017 – 13:27 WIB
Bank Indonesia. Foto: Jawa Pos/JPNN

jpnn.com, JAKARTA - Bank Indonesia (BI) memprediksi bank sentral Amerika Serikat (Federal Reserve) menaikkan suku bunga acuan tiga kali pada tahun ini.

Kenaikan suku bunga Fed Fund Rate (FFR) juga diprediksi terjadi pada Juni dan kuartal ketiga 2017.

BACA JUGA: Gross Split Lebih Berisiko Bagi Investor

’’Kami memperkirakan kenaikan suku bunga acuan di AS dipercepat, dari yang tadinya Desember 2017 menjadi September 2017,’’ kata Gubernur BI Agus D.W. Martowardojo, Kamis (18/5).

Percepatan kenaikan suku bunga FFR dipengaruhi kebijakan fiskal dan perdagangan di AS.

BACA JUGA: Properti Belum Berkontribusi Signifikan pada Pertumbuhan Ekonomi

Selain itu, hal tersebut juga dipengaruhi pertumbuhan ekonomi dan tingkat serapan kerja di AS yang terus membaik.

Tak hanya itu, Bank Dunia telah merevisi proyeksi pertumbuhan perekonomian dunia dari 3,1 persen menjadi 3,5 persen.

BACA JUGA: Garap Segmen Premium, PP Properti Andalkan Diferensiasi

’’Proyeksi pertumbuhan yang tinggi itu harapan yang baik. Baik itu AS, Tiongkok, Jepang, maupun India. Sejauh ini semua menunjukkan kondisi yang membaik,’’ ujar Agus.

Indonesia juga masih menjadi negara favorit investasi asing. Hingga 12 Mei lalu, dana asing yang masuk ke sistem keuangan Indonesia mencapai Rp 105 triliun.

Nilai itu lebih tinggi dibandingkan capital inflow pada periode yang sama 2016 sebesar Rp 65 triliun.

Dana yang masuk ke pasar modal Indonesia juga cukup tinggi. Sejak awal tahun, jumlahnya mencapai Rp 26,4 triliun. Sedangkan dana yang masuk ke instrumen surat utang sekitar Rp 71 triliun.

Besarnya aliran dana masuk tersebut menunjukkan perekonomian dunia sedang tumbuh. Indonesia juga dinilai punya fundamental perekonomian yang kuat, meski belum memperoleh perbaikan outlook rating dari lembaga pemeringkatan Standard & Poor’s (S&P).

Karena itu, BI kemarin memutuskan mempertahankan BI 7-days reverse repo rate (BI-7drrr) di level 4,75 persen. Sedangkan deposit facility empat persen serta lending facility 5,5 persen.

Analis senior Binaartha Sekuritas Reza Priyambada menilai, perbankan dan pelaku pasar sudah memprediksi BI mempertahankan suku bunga acuan.

Hal itu terlihat dari pergerakan kinerja saham emiten perbankan yang bergerak variatif dan tidak mencerminkan kekhawatiran tertentu pada penentuan suku bunga acuan.

Proyeksi BI tentang rencana kenaikan suku bunga FFR juga diyakini membuat pasar lebih rasional dengan tidak merespons secara berlebihan.

’’Karena yang utama bagi pasar adalah kepastian dan antisipasi,” terangnya.

Meski Indonesia gagal mendapatkan perbaikan rating kredit dari S&P, Reza meyakini capital outflow hanya akan terjadi sementara, sekitar dua hari saja.

Setelah itu, pelaku pasar akan kembali setelah mempertimbangkan fundamental ekonomi Indonesia yang masih cukup solid.

’’Saya kira capital outflow-nya juga tidak akan begitu besar,’’ ucap Reza. (rin/c17/noe)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Neraca Perdagangan Hanya Naik Tipis


Redaktur & Reporter : Ragil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler