jpnn.com, JAKARTA - PT Reasuransi Indonesia Utama (Persero) atau Indonesia Re, menggelar iLearn Thematic Webinar yang bertajuk “IFRS 17 and Beyond: Preparing for the Next Wave of Financial Reporting Standards” pada 22 Oktober 2024.
Acara ini dihadiri oleh lebih dari 550 peserta yang berasal dari ceding companies, Kementerian BUMN, OJK, dan para stakeholders lainnya.
BACA JUGA: Indonesia Re Beri Beasiswa dan Bantuan Perumahan untuk Karyawan
IFRS (International Financial Reporting Standard) 17 adalah standar akuntansi internasional baru yang mengatur pelaporan keuangan untuk kontrak asuransi.
Diterbitkan oleh IASB (International Accounting Standards Board), IFRS 17 menggantikan IFRS 4 yang lama dan membawa perubahan besar dalam cara perusahaan asuransi menghitung, melaporkan, dan mengungkapkan kewajiban asuransi mereka.
BACA JUGA: Indonesia Re Beberkan Sejumlah Langkah untuk Tingkatkan Daya Saing Global
Penerapan IFRS 17 bertujuan untuk menciptakan standar global yang konsisten dan transparan dalam pelaporan kontrak asuransi. Tujuannya adalah untuk meningkatkan komparabilitas antar perusahaan asuransi di berbagai negara serta memberikan transparansi yang lebih baik kepada investor terkait dengan risiko dan kinerja kontrak asuransi.
Melalui penerapan IFRS 17, perusahaan asuransi akan mampu menyediakan informasi yang lebih detail tentang kewajiban dan aset, sehingga perusahaan asuransi dapat mengelola risiko mereka dengan lebih efektif.
BACA JUGA: Langkah Strategis Indonesia Re di Tahun 2025, dari Restrukturisasi hingga Digitalisasi
Adopsi IFRS 17 membantu perusahaan asuransi untuk memenuhi persyaratan regulasi di banyak yurisdiksi, mendukung integrasi pasar global.
Secara keseluruhan, IFRS 17 diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan dan stabilitas dalam industri asuransi, serta memfasilitasi pengambilan keputusan yang lebih baik bagi semua pemangku kepentingan.
Menyoroti hal tersebut, Indonesia Re selaku Center of Knowledge and Excellence di Industri Perasuransian Nasional memutuskan untuk menyelenggarakan webinar ini, yang diharapkan mampu memuluskan implementasi serta proses transisi dari IFRS 17.
Direktur Pengembangan & Teknologi Informasi Indonesia Re Beatrix Santi Anugrah dalam Opening Statement-nya yang bertajuk “The Pivotal Role of Knowledge Dissemination in IFRS 17 Implementation”, menyoroti pentingnya peran Indonesia Re Institute selaku penggerak utama dari aktivitas learning and research di Indonesia Re dalam mendukung penerapan dan proses transisi IFRS 17.
“Ini adalah bagian dari inisiatif kami untuk rutin berbagi ilmu bersama para pelaku industri. Semoga diskusi hari ini dapat dijadikan referensi bagi perusahaan asuransi dalam mengimplementasikan standar pelaporan keuangan internasional ini, yang akan memperkuat tata kelola perusahaan asuransi baik lokal maupun yang stakeholders internasional," jelas Beatrix.
Melalui Greeting Speech-nya yang bertajuk “IFRS 17 and Reinsurance Companies: Bridging the Gap Between Actuarial Models and Financial Reporting”, Maria Elvida Rita Dewi selaku Direktur Keuangan & Aktuaria Indonesia Re menjelaskan bagaimana IFRS 17 telah membawa perubahan besar dalam cara perusahaan asuransi dan reasuransi melaporkan kontrak mereka.
"IFRS 17 atau PSAK 117 bertujuan untuk menciptakan standar global yang konsisten dan transparan dalam pelaporan kontrak asuransi, yang tentunya akan meningkatkan kepercayaan investor terhadap perusahaan asuransi. Meskipun implementasinya penuh tantangan, termasuk kebutuhan investasi infrastruktur yang signifikan, penting bagi kita untuk memahami langkah-langkah yang tepat agar transisi ini berjalan lancar. Kami berharap sharing session hari ini memberikan wawasan yang mendalam secara konseptual dan praktis, sehingga kita semua dapat menerapkan standar ini secara efektif," ujar Vida.
Selaku narasumber pada webinar ini, Ersa Tri Wahyuni, seorang Associate Professor dari Universitas Padjadjaran sekaligus Wakil Ketua Institut Akuntan Manajemen Indonesia (IAMI) menyampaikan IFRS 17 membawa perubahan besar dalam cara pandang industri asuransi, terutama dalam memisahkan antara hasil operasional dan investasi.
"Hal ini penting tidak hanya bagi perusahaan asuransi tetapi juga industri lainnya yang nantinya akan mengikuti langkah serupa. Tujuannya adalah meningkatkan transparansi dan akuntabilitas laporan keuangan, memudahkan pembaca memahami kinerja jangka panjang perusahaan," katanya.
Webinar ini diharapkan tidak hanya memberikan pengetahuan teknis terkait standar baru ini, tetapi juga lesson learned dari implementasi IFRS 17 di negara lain.
Dengan demikian, para pelaku industri di Indonesia dapat memitigasi risiko yang mungkin muncul serta menyesuaikan strategi operasional dan keuangan mereka agar tetap kompetitif di era baru pelaporan keuangan global.
Dengan diselenggarakannya webinar ini, Indonesia Re terus menunjukkan komitmennya dalam memfasilitasi peningkatan kapasitas sumber daya manusia di industri perasuransian nasional, serta memperkuat branding Indonesia Re sebagai pusat pembelajaran dan riset di industri tersebut. (rhs/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Ucapan Cawagub DKI Suswono yang Bikin Gaduh di Pertemuan Ormas Bang Japar
Redaktur & Reporter : Rah Mahatma Sakti