Indonesia Setop Ekspor Listrik EBT, Kemarin Nikel, Selanjutnya Komoditas Ini

Selasa, 31 Mei 2022 – 21:35 WIB
Kepala BKPM Bahlil Lahadalia menegaskan saat ini pemerintah Indonesia melarang ekspor listrik. Foto: arsip jpnn.com/Ricardo

jpnn.com, JAKARTA - Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia menegaskan saat ini pemerintah Indonesia melakukan pelarangan ekspor listrik Energi Baru Terbarukan (EBT).

Hal itu dilakukan guna mengutamakan kebutuhan dalam negeri dan mendorong penggunaan EBT.

BACA JUGA: Sandiaga Uno: Pemerintah Targetkan 30 Juta UMKM Masuk ke Pasar Digital

"Pemerintah saat ini fokus pada hilirisasi industri dan bagaimana memberikan nilai tambah bagi industri manufaktur, terutama untuk komoditi mineral," ujar Bahlil, Selasa (31/5).

Menurutnya, Indonesia telah berhasil menghentikan ekspor nikel yang telah diinisiasinya sejak 2020 lalu.

BACA JUGA: Sri Mulyani Punya Kabar Baik untuk Pengusaha Ekonomi Syariah

Kemudian, disusul tahun ini untuk menghentikan ekspor bauksit dan timah pada 2023 mendatang.

“Ini peluang bersama dalam rangka hilirisasi. Belajar dari nikel, kami terlambat memulai sehingga dikalahkan oleh China. Namun, bauksit dan timah, saya belum buka ke negara manapun. Kalau ini cocok, kita akan menjadi pemain dunia, khususnya untuk timah,” ungkap Bahlil.

BACA JUGA: Baleg DPR dan Komisi VII Setuju RUU EBT Masuk Tahap Pembahasan Selanjutnya

Di samping itu, Menteri Perdagangan (Mendag) dan Perindustrian Singapura Gan Kim Yong menyampaikan apresiasinya atas komitmen pemerintah Indonesia dalam mewujudkan hilirisasi industri.

Yong mengungkapkan Singapura tertarik menjadi bagian dari pertumbuhan ekonomi Indonesia, khususnya di sektor kesehatan, ekonomi digital, dan ekonomi hijau dalam rangka mewujudkan industri yang berkelanjutan.

Menurut Yong, Indonesia memiliki pertumbuhan ekonomi yang baik setelah pandemi Covid-19, meskipun terjadi ketidakpastian global.

“Terkait impor listrik, saya tahu Bapak Menteri memiliki resistensi terhadap impor listrik. Namun, kami bisa mencari win-win solution terhadap hal ini," kata Yong.

Yong beharap Indonesia dan Singapura dapat bekerja sama ke depannya, khususnya terkait ekonomi dan bidang lainnya.

Berdasarkan catatan Kementerian Investasi/BKPM, realisasi investasi asal Singapura sejak 2017 hingga Maret 2022 mencapai USD 45,1 miliar dan menempati peringkat pertama realisasi investasi PMA di Indonesia.

Selanjutnya, khusus untuk periode Januari-Maret 2022, realisasi investasi asal Singapura di Indonesia mencapai USD 3,6 miliar.

Realisasi investasi asal Singapura di Indonesia untuk periode 2017-2021 didominasi pada sektor perumahan, kawasan industri dan perkantoran disusul sektor transportasi, gudang dan telekomunikasi. (mcr28/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Tren Hunian Terintegrasi dengan Transportasi Massal Menanjak


Redaktur : Elvi Robiatul
Reporter : Wenti Ayu Apsari

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler