jpnn.com - JAKARTA - Belakangan ini kelompok militan pimpinan Abu Sayyaf menyasar warga negara Indonesia (WNI) yang menjadi anak buah kapal (ABK) yang melintasi perairan Filipina dan Malaysia. Sikap lembek pemerintah Indonesia diyakini membuat kelompok militan bersenjata di Filipina itu lebih memilih WNI sebagai sandera.
Menurut anggota Komisi I DPR, Tantowi Yahya, kelompok Abu Sayyaf terus menyasar WNI karena Indonesia kurang galak. “Mereka jadi tuman karen kita terlalu lembek. Meminjam istilah Panglima TNI (Jenderal Gatot Nurmantyo, red) kita terlalu persuasif,” ujar Tantowi, Rabu (13/7).
BACA JUGA: PAN dan Golkar Bisa Ambil Posisi Menteri dari Non-Parpol
Politikus Golkar itu menambahkan, sebenarnya sudah ada kesepakatan antara Indonesia, Malaysia dan Filipina untuk bekerja sama dalam menjaga perairan yang selama ini sering dijadikan wilayah perompakan. Sayangnya, sambung Tantowi, justru di Indonesia belum ada kesepahaman antara Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu dengan Penglima TNI mengenai kerja sama itu.
“Menhan bilang harus ada latihan dulu di antara angkatan laut ketiga negara. Sementara Panglima bilang semua prajurit itu combat ready (siap perang, red), latihan tidak diperlukan,” sambung Tantowi.
BACA JUGA: Reshuffle Picu Benturan Keras jika...
Ia menambahkan, polemik antar Ryamizard dengan Gatot membuat kesepakatan kerja sama untuk menggelar patroli bersama Malaysia dan Filipina di perairan rawan tak kunjung terlaksana. “Perompak pun memanfaatkan situasi ini,” ulas bekas wakil ketua Komisi I DPR itu.(ara/jpnn)
BACA JUGA: Ssttt... Jago Tembak Polri Sudah Stand By di Nusakambangan
BACA ARTIKEL LAINNYA... Ingat Pak Tito, Jangan Cuma jadi Kapolri yang Kompeten
Redaktur : Tim Redaksi