Indonesia Tetap Favorit Investor

Rabu, 02 April 2014 – 09:45 WIB

jpnn.com - JAKARTA - Pengakhiran 66 perjanjian investasi antara dua negara atau Bilateral Investment Treaty (BIT) oleh Indonesia, dinilai tidak akan mengurangi kemilau Indonesia di mata investor.

Ekonom Senior yang juga Deputy Country Director Asian Development Bank (ADB) di Indonesia Edimon Ginting mengatakan, setiap negara memang punya hak untuk me-review atau mengkaji ulang investment treaty yang ditandatangani bertahun-tahun lalu.

BACA JUGA: Neraca Surplus, Sulsel Ingin Perbesar Pasar Eropa

"Isu ini (pengakhiran BIT, Red) saya kira tidak akan terlalu berpengaruh, Indonesia masih tetap jadi favorit investor," ujarnya dalam paparan Asian Development Outlook 2014 kemarin (1/4).

Sebagaimana diketahui, keputusan Indonesia mengakhiri 66 Bilateral Investment Treaty memicu beragam reaksi. Di media internasional, beberapa pengamat menyebut jika pengakhiran perjanjian investasi tersebut merupakan langkah mundur bagi Indonesia. Sebab, bakal memperburuk iklim investasi karena tidak adanya kepastian usaha.

BACA JUGA: Pemerintah Garap 13 Pekerjaan Jalan di Pantura

Namun, Edimon tidak sepakat dengan pandangan tersebut. Menurut dia, iklim investasi di suatu negara lebih banyak dipengaruhi oleh aturan yang terkait langsung dengan investasi, misalnya daftar negatif investasi (DNI) maupun perizinan investasi, baik di Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) dan di pemerintah daerah.

"DNI dan simplifikasi perizinan itu yang utama (bagi investor). Kalau dua itu diperbaiki, iklim investasi pasti membaik," katanya.

BACA JUGA: Indonesia Tetap Favorit Investor

Edimon menyebut, setidaknya ada empat alasan yang membuat Indonesia akan tetap seksi di mata investor. Pertama, ekonomi yang tumbuh tinggi di kisaran 5 - 6 persen. Di antara negara dengan ekonomi besar anggota kelompok G-20, Indonesia menjadi runner up negara dengan pertumbuhan tertinggi, hanya kalah dari Tiongkok. India yang sebelumnya selalu menempel Tiongkok, sudah disalip Indonesia sejak 2012 lalu. "Ekonomi tumbuh, maka peluang investasi juga tumbuh," ucapnya.

Faktor kedua, Indonesia menjadi favorit utama investor Jepang. Desember 2013 lalu, Japan Bank for International Cooperation (JBIC) melakukan survei rutin pada 500 perusahaan Jepang yang berskala multinasional. Hasilnya, Indonesia yang pada 2012 ada di peringkat ke-3, pada 2013 lalu melesat ke posisi pertama, menggeser Tingkok dan India.

Positifnya Indonesia di mata investor Jepang ini tecermin dari tren naiknya investasi Jepang di Indonesian dari USD 700an juta pada 2010 menjadi USD 4,7 miliar pada 2013 lalu. Jepang pun kini menjadi investor asing terbesar di Indonesia, menggeser Singapura. Investasi Jepang selalu dinilai penting karena biasanya masuk ke sektor manufaktur yang memberi multiplier effect besar bagi perekonomian.

Faktor ke tiga, kata Edimon adalah berlarut-larutnya ketegangan politik di Thailand. Menurut dia, selama ini Thailand adalah kompetitor utama Indonesia dalam memperebutkan investor yang ingin masuk ke pasar ASEAN.

"Karena di sana (Thailand, Red) terus bergejolak, investor pun mengalihkan investasinya ke Indonesia. Karena itu, sangat penting bagi Indonesia untuk menjaga situasi kondusif selama Pemilu tahun ini," ujarnya.

Faktor keempat, lanjut dia, adalah kisruh politik antara Ukraina dan Rusia. Menurut dia, kisruh tersebut membuat hubungan Rusia dengan negara-negara Eropa dan Amerika Serikat (AS) memanas. Hal itu diyakini akan berdampak juga pada hubungan ekonomi Rusia.

"Jadi, ada potensi investor Rusia akan mengalihkan investasinya dari negara maju ke emerging markets, salah satunya tentu Indonesia," katanya.

Sebelumnya, Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Mahendra Siregar mengatakan, Indonesia memiliki berbagai syarat untuk menjadi favorit investor, yakni potensi pertumbuhan pasar domestik, upah buruh yang relatif murah, tingginya konsumsi domestik, ketersediaan sumber daya alam, serta pengembangan klaster industri. "Tidak ada negara lain yang potensinya melebihi Indonesia," ujarnya.  (owi)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Rencana Pembangunan Transmisi 500 kv di Sumsel Masih Terus Berjalan


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler