Indosat Tinggalkan CDMA, Bakrie Telecom Masih Sibuk soal Utang

Selasa, 23 Desember 2014 – 04:28 WIB

jpnn.com - JAKARTA - Satu per satu operator telekomunikasi di Indonesia meninggalkan teknologi Code Division Multiple Access (CDMA). PT Indosat Tbk (ISAT) mulai mengalihkan pelanggan layanan di teknologi itu yaitu StarOne ke teknologi Global System for Mobile Communications (GSM).

Presiden Direktur dan CEO ISAT, Alexander Rusli mengatakan, sehubungan dengan penataan pita frekuensi radio 800 Mhz untuk keperluan penyelenggaraan jaringan bergerak seluler maka ISAT telah memulai proses migrasi pelanggan layanan telekomunikasi berdasarkan CDMA dengan produk StarOne menjadi pelanggan layanan GSM ISAT. "Terhitung sejak tanggal 22 Desember 2014," ungkapnya dalam keterbukaan informasi ke Bursa Efek Indonesia (BEI), Senin (22/12).

BACA JUGA: IHSG Gagal Menguat karena Aksi Profit Taking

Aksi ini dilakukan berkaitan dengan Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika nomor 30 tahun 2014 tentang Penataan Pita Frekuensi Radio 800 Mhz untuk Keperluan Penyelenggaraan Jaringan Bergerak Seluler. "Setelah proses migrasi pelanggan layanan CDMA StarOne selesai dilakukan, perseroan tidak lagi menyediakan layanan CDMA StarOne," tegas pria akrab disapa Alex itu.

Proses migrasi pelanggan CDMA ISAT ke GSM itu perlu dilakukan karena meski sudah lama tidak melakukan ekspansi bisnis CDMA, masih ada pelanggan StarOne yang perlu dijaga. StarOne memiliki sekitar 120 ribu pelanggan pada pertengahan 2014. Angka itu terus turun jika dibandingkan sekitar 350 ribu pelanggan pada 2011.

BACA JUGA: Perbankan Genjot Kredit ke Sektor Maritim

Sebelumnya Alex mengatakan bahwa pelanggan StarOne dalam proses migrasi ke GSM itu tidak harus melakukan penggantian perangkat keras (sim card) dan bahkan tidak perlu mengganti nomor. Sebab sudah ada teknologi yang bisa memertahankan nomor lama dari StarOne itu meskipun teknologinya akan pindah.

Meski begitu, pelanggan StarOne tetap harus melakukan penggantian ponsel (handset) agar bisa menangkap jaringan GSM. Alex mengatakan pihaknya akan berupaya menyediakan dan memberi subsidi untuk ponsel baru itu agar proses migrasi lebih mudah.

BACA JUGA: PTPN VII Belum Bisa Go Public Tahun Ini

Jika operator lain sudah mulai move on dari jaringan CDMA, PT Bakrie Telecom Tbk (BTEL), pemilik produk CDMA Esia masih sibuk dengan persoalan utangnya. Perusahaan telekomunikasi milik grup Bakrie itu mengklaim sudah menemukan skema penyelesaiannya.

Dalam materi yang dipaparkan ke BEI kemarin manajemen BTEL menyatakan pada 23 Oktober 2014, salah satu kreditur/vendor BTEL yaitu PT Netwave Multi Media telah mengajukan permohonan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) terhadap BTEL.

Berdasarkan surat permohonan PKPU, PT Netwave Multi Media mendalilkan bahwa PKPU memiliki tagihan Rp 4,7 miliar terhadap BTEL yang belum dibayarkan dan telah ditegur beberapa kali. Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat mengeluarkan putusan nomor 59/Pdt.Sus/PKPU/2014/PN.Niaga. Jkt.Pst tanggal 10 November, yang memutuskan pemberian PKPU Sementara kepada BTEL selama 30 hari sejak tanggal putusan tersebut.

Namun dalam laporan keuangan BTEL pada semester pertama 2014 tercatat total liabilitas (utang) BTEL sebesar Rp 10,2 triliun atau naik sedikit dibandingkan Rp 10,1 triliun pada semester pertama 2013.(gen)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Bank Mandiri Perluas Akses Perbankan


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler