jpnn.com, JAKARTA - Pengamat dan praktisi pendidikan abad 21 Indra Charismiadji menilai mundurnya jadwal asesmen nasional (AN) 2021 pada September-Oktober mendatang tidak akan memberikan perubahan apa-apa pada peningkatan mutu pendidikan di Indonesia.
Pasalnya, selama ini pemerintah sudah banyak menggunakan alat ukur untuk melihat kualitas siswa tetapi tidak pernah ditindaklanjuti.
"Asesmen nasional adalah alat ukur. Kita semua sudah tahu kalau hasilnya akan buruk," kata Indra kepada JPNN.com, Rabu (20/1).
Prediksi Indra didasarkan pada hasil pengukuran mutu pendidikan sebelumnya. Sudah banyak alat ukur lain yang digunakan selama ini dan selama 20 tahun belakangan menunjukkan mutu pendidikan Indonesia buruk.
BACA JUGA: Pengumuman Penting dari Mendikbud soal Asesmen Nasional 2021
"Coba lihat hasil PISA, TIMSS, UN itu buruk semua. Itu terjadi bertahun-tahun tetapi tidak ada treatment pemerintah untuk memperbaikinya," kritiknya.
Jalan pintas Kemendikbud yang mengganti UN dengan AN, lanjutnya, tidak akan mendongkrak mutu pendidikan di Indonesia. Hasilnya, kata Indra, pasti akan buruk.
BACA JUGA: Mendikbud: Asesmen Nasional Bukan Patokan Kelulusan Siswa dan PPDB
"Jadi kalau dilihat kacamata kepentingan bangsa buat apa kita punya alat ukur baru, toh hasilnya yang pasti buruk itu tidak akan diperbaiki," cetusnya.
Dia mengibaratkan AN itu rapid test antibody. Kemudian, PISA itu PCR test. Yang terpenting kata Indra, bukan membuat alat ukurnya tetapi jika sudah tahu positif atau reaktif kemudian apa langkah selanjutnya yang diambil.
"Lha langkah ini yang belum pernah disebutkan Mendikbud. Mas Nadiem fokusnya malah dengan membuat alat ukur baru, dengan AN baru tetapi hasil ukuran yang sudah 20 tahun terakhir mau dibawa ke mana tidak pernah disebut."
"Program Presiden Jokowi kan pembangunan SDM Indonesia maju, buat apa kita punya alat ukur baru tetapi alat ukur yang lama tidak ada treatment-nya apa-apa," pungkasnya.
Sebelumnya Mendikbud Nadiem Makarim menyatakan menunda pelaksanaan asesmen nasional dari Maret 2021 ke September-Oktober. Dengan pertimbangan masih banyak persiapan teknis yang harus dilakukan. Di samping makin merebaknya kasus Covid-19. (esy/jpnn)
Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad