Indra Charismiadji Sesalkan Pendidikan Informal dan Nonformal Tak Masuk Cetak Biru Kemendikbudristek

Kamis, 06 Mei 2021 – 18:49 WIB
Pengamat dan Praktisi Pendidikan, Indra Charismiadji saat menjadi narasumber Poadcast JPNN.com, Jakarta. Foto: Dika Rahardjo/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Pengamat dan praktisi pendidikan Indra Charismiadji menilai kebijakan pemerintah terkesan menyepelekan pendidikan informal dan nonformal.

Hal itu tampak dari tidak masuknya kedua model pendidikan tersebut dalam cetak biru Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek).

BACA JUGA: Kemendikbudristek Fasilitasi Seniman Jalanan dengan QRIS

"Aneh sekali. Kalau memang dua hal ini (pendidikan informal dan nonformal, red) hilang di cetak biru, dampaknya kayak apa ke pendidikan?," ujar Indra di Jakarta, Kamis (6/5).

Dia mengulas falsafah Ki Hajar Dewantara yang mengatakan bahwa ekosistem pendidikan yang baik itu terdiri dari tiga sentra pendidikan yakni sekolah, rumah, dan masyarakat.

BACA JUGA: Pengumuman, Semua Pintu Masuk ke Yogyakarta Ditutup untuk Pemudik

Menurut Indra, desain pendidikan informal adalah pendidikan rumah. Pendidikan formal adalah sekolah, sedangkan pendidikan nonformal adalah masyarakat.

"Jadi, secara desain sekarang sudah bagus," ucapnya.

BACA JUGA: Berperan Wujudkan Pengolahan Sampah Ramah Lingkungan, Bu Risma dapat Apresiasi dari Presiden

Sayangnya, kata Indra, pendidikan nonformal yang tersedia kebanyakan menjadi bimbel sehingga lebih kuat pendidikan formal.

Sementara pendidikan informal hampir tidak terdengar di rumah-rumah orang indonesia. Belum ada yang namanya rumah dijadikan tempat belajar.

"Rumah sejatinya dijadikan tempat belajar. Namun, orang Indonesia enggak biasa rumah jadi tempat belajar," ucapnya.

Indra juga menilai di Indonesia rumah kebanyakan hanya jadi tempat singgah. Hal itu terjadi lantaran anak Indonesia sekolah dari pagi sampai sore hari.

"Begitu pulang masih ada bimbel, les kadang-kadang sampai jam sepuluh malam. Coba bayangkan," ujar Indra.

Dia membandingkan dengan siswa di luar negeri. Rumah dijadikan tempat belajar, membaca, diskusi dengan orang tuanya, sehingga rumah itu betul-betul menjadi tempat pembelajaran informal.

"Begitu yang disebut dengan pendidikan informal," serunya.

Konsep tersebut dari pengamatan Indra, tidak diadopsi Kemendikbudristek. Para pejabat pengambil keputusan seakan tidak mengerti dengan masalah tersebut

"Katanya mau menjalankan falsafahnya Ki Hajar tetapi pelaksanaannya enggak ada yang dilaksanakan. Jadi saya bingung, falsafah Ki Hajar mana yang mereka ambil," tandas Indra Charismiadji. (esy/jpnn)


Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler