Industri Kertas Tunjukkan Sinyal Perbaikan

Sabtu, 01 Juli 2017 – 14:47 WIB
Pabrik kertas. Foto: JPG/Pojokpitu

jpnn.com, JAKARTA - Industri kertas di Indonesia sedang menunjukkan sinyal perbaikan.

PT Suparma Tbk yang mengalami kenaikan penjualan lima persen pada lima bulan pertama tahun ini.

BACA JUGA: Suku Bunga Bertahan sampai Akhir Tahun

Sepanjang Januari–Mei, total penjualan perseroan mencapai 93,5 persen dari target Rp 888 miliar yang ditetapkan selama periode tersebut.

Direktur Utama PT Suparma Tbk Hendro Luhur menyatakan, salah satu kendala yang dialami industri kertas adalah kenaikan harga bahan baku karena mengikuti pergerakan harga minyak dan komoditas.

BACA JUGA: AirAsia X Mendarat di Hawaii

Harga jual produk kertas pada lima bulan pertama tahun ini mengalami kenaikan rata-rata empat persen jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.

”Harga bahan baku kertas mengikuti pergerakan harga minyak dan komoditas lainnya. Harga minyak serta komoditas mulai membaik. Jadi, harga bahan baku pun juga naik,” tuturnya di Surabaya, Jumat (30/6).

BACA JUGA: Dulu Bus Itu Nomor Satu untuk Penumpang, Sekarang...

Beberapa bahan baku yang mengalami kenaikan harga, antara lain, pulp dan kertas bekas.

Terkereknya harga bahan baku disebabkan minimnya pasokan, sedangkan permintaan di pasar masih tinggi.

Sepanjang tahun lalu, emiten berkode SPMA itu mampu membukukan penjualan Rp 1,622 triliun atau tumbuh 19,2 persen dibanding 2015.

Salah satu faktornya adalah kenaikan harga jual kertas pada 2016 sebesar 12,5 persen.

Di sisi lain, volume penjualan SPMA masih tetap tumbuh 6,2 persen.

Pada lima bulan pertama tahun ini, volume penjualan mampu mencapai 90.599 metrik ton.

Total kapasitas terpasang perseroan mencapai 224 ribu metrik ton per tahun.

Pada tahun lalu, utilisasi perseroan mencapai 91,6 persen atau sebanyak 205.111 metrik ton.

Dari total utilitas, sekitar 50 persen digunakan untuk memproduksi dupleks, 30 persen untuk kertas pembungkus makanan, serta sisanya kertas tisu.

”Kami mempunyai backbone (penjualan, Red) baru, yakni produk tisu. Situasi pertumbuhan ekonomi seperti ini yang tidak mengalami krisis adalah hospitality. Tisu dijual di sektor tersebut,” tutur Hendro.

Permintaan tisu memang tumbuh 20 persen lantaran peralihan dari penggunaan serbet maupun sapu tangan kain.

Selain tisu, kertas coklat pembungkus makanan mengalami peningkatan permintaan 20 persen.

Sedangkan permintaan kertas duplek tumbuh 15 persen. (vir/c24/noe)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Gedung Terminal Perbatasan Antarnegara Memprihatinkan


Redaktur & Reporter : Ragil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler