jpnn.com - jpnn.com - Komite Anti Dumping Indonesia (KADI) akan menyelidiki dugaan dumping atas barang impor baja lapis aluminium seng (BJLAS) warna pada perdagangan Juli 2015-Juni 2016.
Ketua KADI Ernawati mengatakan, penyelidikan tersebut dilakukan berdasar permohonan salah satu produsen baja lapis dalam negeri PT NS BlueScope Indonesia.
BACA JUGA: Genjot Industri Domestik, BUMN Harus Diutamakan
’’Penyelidikan dilakukan untuk baja impor dari Tiongkok dan Vietnam,’’ ujarnya.
Dalam periode tersebut, total BJLAS mencapai 224.120 ton.
BACA JUGA: Impor Baja Tiongkok Hantui Pasar Domestik
Mayoritas impor pun berasal dari negara yang dituduh dumping (RRT dan Vietnam), yakni 196.191 ton atau 87,5 persen dari total impor.
Inisiatif penyelidikan terhadap dugaan dumping pun dilangsungkan sejak 23 Desember 2016.
BACA JUGA: Kenaikan Harga Baja Industri Hilir Lebih Tinggi
Penyelidikan dilakukan dalam waktu 12 bulan. Namun, penyelidikan bisa diperpanjang sampai 18 bulan.
Presiden Direktur PT Sunrise Steel (produsen BJLAS) Henry Setiawan mengatakan, sebanyak 40 persen BJLAS di Indonesia masih diisi produk impor dari Tiongkok maupun Vietnam.
’’Selain produksi masih kurang, harganya bersaing dengan produk impor,’’ tuturnya.
Kebutuhan BJLAS di Indonesia pun mencapai satu juta ton per tahun. Angka tersebut terus bertumbuh sepuluh persen per tahun.
Maraknya produk impor baja lapis membuat utilisasi produsen BJLAS lokal hanya 60–70 persen.
Kapasitas terpasang baja lapis dalam negeri mencapai 600 ribu ton. (vir/c15/sof)
BACA ARTIKEL LAINNYA... PGN Perbesar Ritel Gas Tanpa Dana APBN
Redaktur & Reporter : Ragil