Industri Pengolahan Rumput Laut Masuk Daftar Prioritas Investasi

Senin, 30 Agustus 2021 – 11:34 WIB
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita meninjau salah satu industri pengolahan rumput laut. Foto: Antara

jpnn.com, JAKARTA - Kementerian Perindustrian memasukkan pengembangan industri pengolahan rumput laut dalam daftar prioritas investasi.

Untuk itu, kata Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita, investasi baru harus memiliki kemitraan dengan pembudidaya rumput laut.

BACA JUGA: Sering Diremehkan, Ini 5 Manfaat Konsumsi Rumput Laut, Salah Satunya Mengurangi Risiko Penyakit Jantung

"Sehingga dapat meningkatkan jaminan suplai bahan baku bagi industrinya,” kata Agus melalui keterangan tertulis di Jakarta, Senin (30/8).

Menperin juga menyampaikan, pihaknya terus mendorong peningkatan produktivitas dan daya saing industri pengolahan rumput laut di tanah air.

BACA JUGA: 7 Manfaat Rumput Laut yang Bikin Anda Terpana

Sebab, dia yakin, Indonesia memiliki potensi besar dalam meningkatkan nilai tambah komoditas rumput laut melalui hilirisasi industri.

“Perlu kebijakan strategis dan koordinasi yang kuat dengan kementerian dan lembaga terkait untuk mencapai sasaran tersebut,” ujarnya.

BACA JUGA: Kopi Celup Bangflo dengan Kemasan Rumput Laut, Inovasi Baru Ngopi dan Cinta Lingkungan

Kemenperin juga mendorong pengoptimalan penggunaan produk olahan rumput laut dalam negeri bagi industri penggunanya.

Upaya ini dimaksudkan untuk mengurangi ketergantungan terhadap produk impor.

“Selanjutnya meningkatkan hilirisasi komoditas rumput laut melalui diversifikasi produk olahan rumput laut," kata mantan Menteri Sosial itu.

Guna mencapai tujuan tersebut, menurut Agus, perlu didorong kerjasama riset dan pengembangan produk olahan rumput laut dengan lembaga riset dalam dan luar negeri.

Plt Direktur Jenderal Industri Agro Kemenperin Putu Juli Ardika menambahkan, ekspor produk olahan rumput laut berupa karagenan dan agar-agar mencapai 14 ribu ton atau senilai USD 96,1 juta pada 2020.

“Pangsa pasar olahan rumput laut yang cukup besar merupakan peluang bagi Indonesia untuk memacu ekspor, terutama apabila dapat meningkatkan volume produksi dan daya saing produk,” ungkapnya.

Indonesia merupakan negara eksportir karagenan ke-6 di dunia, dan negara eksportir agar ke-7 di kancah global.

Negara tujuan ekspor produk olahan rumput dari Indonesia seperti Tiongkok, Amerika Serikat, dan Korea Selatan.

Kekuatan pengembangan produk olahan rumput laut di tanah air juga didukung produksi rumput laut kering yang mencapai 364 ribu ton per tahun.

Ditopang sekitar 40 industri pengolahan rumput laut yang tersebar di berbagai wilayah Indonesia.

Total kapasitas dari 40 industri pengolahan rumput laut itu sebanyak 64,9 ribu ton per tahun.

“Kita sudah memiliki roadmap Industri Rumput Laut Nasional, kemudian Indonesia sebagai salah satu produsen rumput laut terbesar di dunia, dan penambahan lahan budidaya rumput laut masih terbuka. Ini potensi yang harus dioptimalkan,” sebut Putu.

Untuk mendongkrak daya saing, kata Putu, Kemenperin mendorong industri memanfaatkan teknologi terkini.

Upaya tersebut dengan melakukan hilirisasi produk, membangun kompetensi sumber daya manusia (SDM) industrinya, dan menumbuhkan wirausaha baru atau industri kecil dan menengah (IKM) berbasis rumput laut.

Salah satu industri pengolahan rumput laut yang potensial yakni PT. Kappa Carragenan Nusantara yang berlokasi di Pasuruan, Jawa Timur.

Perusahaan dengan jumlah tenaga kerja 54 orang ini memiliki total kapasitas produksi sebesar 200 ton per tahun dan utilisasinya mencapai 90 persen.

“Alhamdullilah, selama pandemi Covid-19, kami tidak mengalami dampak yang negatif terhadap kinerja perusahaan," kata Direktur PT Kappa Carragenan Nusantara Hamzah Moch Baabud.

Artinya, lanjut Hamzah, produktivitas perusahaan berjalan baik sesuai pesanan yang sudah ada.

"Kami mampu memenuhi pasokan kepada para industri pengguna. Bahkan, produksi kami ada kenaikan sekitar 5 persen,” sebutnya.

Bahan baku rumput laut yang digunakan PT Kappa Carragenan Nusantara, yakni euchema cottonii dan gracillaria.

Produk turunan yang dihasilkannya berupa tepung karagenan dan agar.

Merujuk catatan Kemenperin, dari harga gracillaria sekitar Rp 6.000-9.000 per kg, nilai tambahnya akan jadi meningkat hingga Rp190.000-200.000 per kg apabila sudah menjadi produk agar.

Produk olahan rumput laut umumnya digunakan oleh industri pangan dan non-pangan.

Dalam industri pangan, produk formulasi rumput laut digunakan sebagai bahan tambahan pangan pada roti, bakso, naget, sirup, es krim, yogurt, jus, jeli dan lainnya.

Pada industri non-pangan, rumput laut dapat digunakan untuk produksi cat, tekstil, pasta gigi, kosmetik seperti lotion, masker, krim wajah, lulur, sabun, dan sampo.

Sedangkan dalam industri farmasi, saat ini olahan rumput laut digunakan untuk pembuatan cangkang kapsul.

Bahkan, limbah dari hasil pengolahan rumput laut dalam bentuk padatan dan cairan dapat pula dimanfaatkan lebih lanjut untuk bahan pupuk, media tanaman serta bata ringan. (antara/mar1/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Kaya Vitamin dan Mineral, Ini 7 Manfaat Kesehatan Rumput Laut


Redaktur & Reporter : Sutresno Wahyudi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler