jpnn.com - SURABAYA – Industri rokok turun 2,8 persen pada semester pertama 2016 dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Salah satu penyebabnya ialah lesunya kondisi ekonomi di Indonesia.
Ketua Umum Paguyuban Mitra Pelinting Sigaret Indonesia (MPSI) Djoko Wahyudi menyatakan, penurunan pasar rokok juga disebabkan banyaknya tekanan dari pihak luar.
BACA JUGA: Arus Kapal Domestik Jauh Lampaui Asing
’’Antara lain, desakan ratifikasi FCTC (Framework Convention on Tobacco Control) serta kampanye dari penggiat antirokok dan tembakau,’’ ujarnya kemarin (27/7).
Selain itu, pemda salah tafsir sehingga menghasilkan perda kawasan tanpa rokok) (KTR) serta kenaikan cukai. Pada kuartal kedua tahun ini pun industri rokok mengalami penurunan pangsa pasar 4,5 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
BACA JUGA: Wow, Dirut BEI Sebut Inilah Reshuffle Terbaik Sepanjang Sejarah
Secara umum, pasar sigaret keretek mesin (SKM) tumbuh dari 75,1 persen menjadi 75,7 persen pada kuartal kedua 2016. Pasar sigaret putih mesin (SPM) pun naik tipis 0,2 persen dari 6,2 persen menjadi 6,4 persen.
Sementara itu, pasar sigaret keretek tangan (SKT) anjlok dari 18,7 persen di kuartal kedua 2015 menjadi 17,9 persen pada periode yang sama tahun ini.
BACA JUGA: Sri Mulyani Menjabat, Rupiah Ikut Melesat
’’Industri rokok legal di Indonesia. Banyak kepentingan asing untuk melemahkan industri ini. Salah satunya FCTC. Untungnya, pemerintah tidak mau meratifikasi FCTC,’’ katanya.
Dalam FCTC, terdapat pelarangan penggunaan bahan tambahan dalam rokok, termasuk cengkih. Padahal, 95 persen rokok di Indonesia merupakan rokok keretek yang menggunakan cengkih. Dengan begitu, ratifikasi FCTC bisa mematikan petani cengkih dalam negeri.
Meski demikian, produsen rokok terbesar di Indonesia, PT HM Sampoerna Tbk, mencatatkan kenaikan penjualan 3,3 persen. Pada kuartal kedua 2015, HMSP mencatatkan penjualan 27,659 juta batang.
Pada kuartal kedua tahun ini, pihaknya berhasil mencatatkan penjualan 28,566 juta batang. Meski begitu, HMSP mengalami penurunan market share dari 35,2 persen pada kuartal kedua 2015 menjadi 34,2 persen triwulan kedua tahun ini.
’’Kami tetap menjadi market leader di industri ini,’’ kata Presiden Direktur HMSP Paul Janelle. Penjualan HMSP masih ditopang SPM yang mencapai 81,1 persen.
Sigaret keretek tangan HMSP mengalami kenaikan pangsa pasar dari 38,1 persen di kuartal kedua 2015 menjadi 38,2 persen pada triwulan kedua tahun ini. Sementara itu, pangsa pasar HMSP untuk SKM justru turun dari 30,7 persen menjadi 29,2 persen. (vir/jos/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... ICI Paints Penetrasi ke Berbagai Segmen
Redaktur : Tim Redaksi