Industri Sepatu Dalam Negeri Sedang Terpuruk

Senin, 19 November 2018 – 10:20 WIB
Industri sepatu. Foto: JPG/Pojokpitu

jpnn.com, SURABAYA - Bisnis sepatu di Jawa Timur hingga kuartal ketiga 2018 mengalami penurunan hingga 20 persen. Sementara itu, ekspor sepatu ke Eropa juga merosot 7-10 persen.

Ketua Asosiasi Persepatuan Indonesia Jawa Timur (Aprisindo Jatim) Winyoto Gunawan menjelaskan, banyak faktor yang mengakibatkan kelesuan di industri padat karya tersebut.

BACA JUGA: Industri Alas Kaki Belum Membaik

Mulai dari pelemahan rupiah terhadap dolar hingga kondisi pasar yang memang belum stabil. Akibatnya, daya beli masyarakat menurun.

"Kini banyak bahan baku produksi sepatu yang masih impor. Kalau rupiah melemah, otomatis harga bahan baku naik dan harga sepatu juga ikut terkerek. Sepatu dengan price normal saja sudah sepi, apalagi ditambah dengan peningkatan harga," kata Winyoto.

BACA JUGA: Rizal Ramli: 98 Gak Ada Sentimen SARA, Hari Ini Kuat Sekali

Dia menilai rencana kenaikan upah minimum regional (UMR) di atas delapan persen pada 2019 juga berdampak terhadap industri sepatu.

Sebab, bisnis sepatu termasuk padat karya yang memiliki cukup banyak karyawan.

BACA JUGA: Venezuela: Dulu Negara Terkaya, Kini Ditinggal Warganya

Bila setiap tahun industri sepatu menaikkan gaji karyawan, tentu pengusaha akan terbebani. Ditambah lagi pasar yang memang sedang sepi.

"Sebenarnya kami mengikuti aturan pemerintah. Hanya, pemerintah seharusnya mempertimbangkan dampak kebijakannya agar pabrik padat karya ini bisa tetap eksis," tegas Winyoto. (car/c14/oki/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Krisis Ekonomi Rasa Perang Sipil di Venezuela


Redaktur & Reporter : Natalia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler