Inflasi Februari Tertinggi dalam 2 Tahun Terakhir

Kamis, 02 Maret 2017 – 07:31 WIB
BPS. FOTO: JPNN

jpnn.com - jpnn.com - Inflasi selama Februari lalu terkerek karena kenaikan tarif listrik.

Meski harga sejumlah bahan makanan (volatile foods) turun, hal itu tak bisa mengompensasi lonjakan harga yang diatur pemerintah alias administered price.

BACA JUGA: Kendalikan Bahan Pangan untuk Tekan Inflasi

Badan Pusat Statistik (BPS) merilis inflasi bulan lalu (month-to-month/mtm) sebesar 0,23 persen.

 ”Berdasar inflasi 0,23 persen itu, penyebabnya adalah administered price dengan inflasi 0,58 persen. Sementara itu, volatile foods yang termasuk bahan makanan mengalami deflasi 0,36 persen,” papar Kepala BPS Kecuk Suhariyanto, Rabu (1/3). 

BACA JUGA: Penyesuaian Tarif Listrik Penyumbang Utama Inflasi

Secara year-on-year, inflasi mencapai 3,83 persen.

Sementara itu, inflasi tahun kalender (Januari–Februari) mencapai 1,21 persen.

BACA JUGA: Kenaikan Tarif Listrik Tak Bikin Inflasi

Dari kelompok pengeluaran, lanjut dia, perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar menjadi penyumbang terbesar inflasi Februari.

”Andilnya mencapai 0,17 persen. Perinciannya, inflasi disebabkan penyesuaian subsidi listrik untuk pelanggan 900 VA. Kami lihat efeknya pada Januari dan Februari ini untuk pelanggan yang membayar dengan pascabayar,” bebernya.

Kecuk melanjutkan, kelompok pengeluaran lain yang berkontribusi terhadap inflasi adalah makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau dengan andil inflasi 0,07 persen.

Penyebab utama kelompok tersebut adalah rokok keretek.

Sedangkan kelompok sandang menyumbang inflasi 0,03 persen.

Kenaikan terbesar terdapat pada harga emas dan perhiasan.

Setelah itu, kata dia, disusul kelompok transportasi dan komunikasi dengan andil 0,03 persen.

Kenaikan tarif pulsa ponsel menjadi pemicu utama dengan peran 0,05 persen.

”Kenaikan tersebut berlaku untuk tarif dasar internet, voice, maupun SMS. Sementara itu, yang menahan (inflasi) adalah turunnya tiket angkutan udara,” paparnya.

Kelompok bahan makanan (volatile foods) justru mengalami deflasi 0,31 persen.

Meski ada kenaikan beberapa komoditas seperti cabai rawit dan bawang merah, komoditas lainnya justru turun.

Di antaranya, cabai merah, daging ayam, telur ayam, dan beras.

Menurut dia, hal tersebut menunjukkan bahwa harga bahan makanan sangat terkendali.

Bahkan, bencana banjir yang sempat melanda beberapa wilayah di Indonesia tidak berpengaruh besar terhadap harga komoditas pangan.

Meski begitu, jika dibandingkan dengan dua tahun terakhir, inflasi Februari terbilang tinggi.

Pada Februari tahun lalu, terjadi deflasi 0,09 persen.

Sementara itu, pada Februari 2015, deflasi mencapai 0,3 persen.

”Tapi, bila dibandingkan dengan Februari 2014 dan 2013, Februari ini masih lebih rendah. Ya, kami berharap inflasi 2017 tetap terkendali seperti yang diraih selama 2016,” imbuhnya. (ken/dee/c16/sof)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Andalkan Pergudangan Komoditas demi Tekan Inflasi


Redaktur & Reporter : Ragil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag
inflasi  

Terpopuler