jpnn.com - jpnn.com - Upaya menekan inflasi tahun ini berfokus kepada komponen bahan pangan bergejolak (volatile food).
Inflasi bahan pangan dianggap lebih mudah dikontrol daripada komponen yang diatur pemerintah (administered price).
BACA JUGA: Penyesuaian Tarif Listrik Penyumbang Utama Inflasi
Seperti penerapan satu harga BBM, tarif jasa pengurusan STNK, dan tarif tenaga listrik (TTL) yang dijadwalkan naik per tiga bulan.
Direktur Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia Yoga Affandi mengatakan, pihaknya berjanji berkoordinasi dengan pemerintah untuk menentukan waktu yang tepat soal penyesuaian harga.
BACA JUGA: Kenaikan Tarif Listrik Tak Bikin Inflasi
Misalnya, perlu dilihat apakah penyesuaian harga bisa diterapkan berdekatan dengan waktu yang sarat permintaan tinggi, seperti Ramadan.
Bila harga bahan pangan tidak diatur dengan baik, inflasinya bisa menjadi komponen yang membentuk kemiskinan.
BACA JUGA: Andalkan Pergudangan Komoditas demi Tekan Inflasi
Karakteristik negara berkembang adalah identik dengan penyumbang inflasi dari bahan pangan. Berbeda dengan di negara maju seperti AS.
Di Negeri Paman Sam itu, kebijakan Presiden Donald Trump yang membatasi imigran berpotensi mengganggu suplai tenaga kerja.
Sebab, jumlah buruh migran di sana sangat banyak. Jika ada pembatasan imigran, akan terjadi kenaikan upah tenaga kerja.
BI menargetkan inflasi tahun ini berada di kisaran 3–5 persen.
“Ekonomi masyarakat menengah ke bawah bisa tertekan karena inflasi. Namun, perubahan struktural dalam pengaturan harga BBM dan listrik tetap harus kita dukung untuk manfaat jangka panjang,” lanjutnya.
Yang terjadi selama ini, begitu penyesuaian harga BBM diterapkan, respons pemerintah lambat.
Akibatnya tarif angkutan naik, upah kernet dan sopir naik, diikuti dengan harga pangan dan komponen lain.
Namun, tahun ini hal itu sudah berkurang. Meski berisiko menimbulkan tekanan harga dalam jangka pendek, pemerintah belum membutuhkan tambahan kebijakan dari sisi moneter. (rin/oki/kri/k16)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Distribusi LPG Tertutup Berpotensi Dorong Inflasi
Redaktur & Reporter : Ragil