Inflasi Juli Tembus 3,29 Persen, Terburuk Sejak 2005

Jumat, 02 Agustus 2013 – 01:19 WIB

jpnn.com - JAKARTA - Mimpi buruk itu akhirnya menjadi kenyataan. Kombinasi kenaikan harga BBM bersubsidi dan kacaunya suplai bahan pangan, seakan menyulut roket inflasi hingga melambung tinggi.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suryamin mengatakan, inflasi sepanjang Juli lalu tercatat mencapai 3,29 persen. 'Ini month-to-month (bulanan, Red) tertinggi sejak 1999,' ujarnya, Kamis (1/8).

BACA JUGA: Berdayakan Perekonomian Desa, BUMN-NU Jalin Kerjasama

Namun, berdasar penelusuran data oleh Jawa Pos, Indonesia sempat mengalami beberapa kali periode inflasi tinggi sejak era krisis 1997/1998. Pada 1998, inflasi menembus angka 77,6 persen, dengan rekor inflasi bulanan tertinggi pada Juni 1998 yang mencapai 12,45 persen.

Lalu, pada 2005 Indonesia kembali mengalami inflasi tinggi hingga 17,11 persen. Ketika itu, pemerintah beberapa kali melakukan perubahan harga BBM. Puncaknya, pada Oktober 2005, Premium naik dari Rp 2.400 menjadi Rp 4.500 per liter dan Solar dari Rp 2.400 menjadi Rp 4.300 per liter. Ketika itulah, inflasi bulanan melonjak hingga 8,7 persen. Inflasi sektor transportasi bahkan mencapai 28,5 persen.

BACA JUGA: Dahlan Iskan Segera Putuskan BUMN Pembeli Lahan di Australia

Pada Mei 2008, seiring dengan merebaknya krisis ekonomi global, pemerintah yang tak kuat menanggung beban subsidi yang terus membengkak, kembali menaikkan harga BBM menjadi Rp 6.000 per liter (premium) dan Rp 5.500 per liter (Solar). Pada Juni 2008, inflasi pun langsung naik 2,46 persen. Sepanjang tahun, inflasi menembus double digit, di level 11,06 persen.

Kenapa inflasi bulanan usai kenaikan harga BBM pada Mei 2008 lebih rendah dari inflasi akibat kenaikan BBM pada Juni 2013, padahal besaran kenaikan harga BBM nya relatif tidak jauh beda" 'Karena saat ini inflasi pangan juga tinggi,' kata Suryamin.

BACA JUGA: Anggap Lonjakan Harga Pangan Bukti Ketidakmampuan Pemerintah

Sebagai gambaran, usai kenaikan BBM pada Mei 2008, inflasi sektor transportasi mencapai 8,72 persen, namun inflasi pangan cukup terkendali di level 1,28 persen. Namun, pada usai kenaikan BBM pada Juni 2013, inflasi sektor transportasi 9,6 persen dan inflasi pangan pun melonjak cukup tinggi di level 5,46 persen.

Ekonom dari Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Doddy Ariefianto mengatakan, inflasi Juli ini didorong oleh 3 faktor. Pertama, efek kenaikan harga BBM. Ke dua, efek musiman tahun ajaran baru. Ke tiga, efek musiman Puasa dan Lebaran. 'Jadi, tanpa kenaikan BBM pun, inflasi Juli akan tinggi,' ujarnya.

Meski demikian, menurut Doddy, lonjakan inflasi ini harus menjadi pelajaran berharga bagi pemerintah agar ke depan lebih antisipatif mengelola inflasi pangan. 'Lonjakan harga daging sapi, bawang, dan cabe, itu semua akibat telatnya pasokan, yang seperti ini mestinya bisa diantisipasi,' katanya.

Suryamin menambahkan, dengan realisasi inflasi Juli tersebut, inflasi tahun kalender (Januari - Juli) mencapai 6,75 persen, sedangkan inflasi year-on-year (Juli 2013 terhadap Juli 2012) tercatat 8,61 persen. 'Ini sudah mepet dengan target inflasi dalam APBN-P 2013 yang sebesar 7,2 persen,' ucapnya.

Menurut Doddy, target inflasi pemerintah pasti bakal terlampaui. Sebab, Agustus ini tekanan inflasi masih akan cukuo kuat mengingat momen Lebaran. 'Saya kira, angka inflasi 2013 akan di atas 8 persen,' ujarnya. (owi)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Berdikari Jual Daging Sapi Murah Berkualitas


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler