Inflasi Mengancam, Waspada Kurs Rupiah Makin Enggak Karuan

Selasa, 26 Juli 2022 – 06:16 WIB
Bank Indonesia (BI) menyebutkan Indonesia masih perlu waspada terhadap inflasi yang hingga kini terus meningkat. Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Bank Indonesia (BI) menyebutkan Indonesia masih perlu waspada terhadap inflasi yang hingga kini terus meningkat.

Sebab, posisi infilasi pada Juli tercatat sebesar 4,53 persen.

BACA JUGA: Masih Dibayangi Ancaman Inflasi, tetapi Rupiah Hari Ini Tak Mengecewakan

Kepala Grup Departemen Ekonomi dan Kebijakan Moneter Bank Indonesia Wira Kusuma mengatakan pada umumnya inflasi itu disebabkan oleh cost push atau imported inflation dengan harga komoditas global yang meningkat.

Kendati demikian, komponen-komponen inflasi yang lain seperti inflasi inti masih masih dalam sasaran.

BACA JUGA: Proyeksi BI soal Inflasi Cukup Menegangkan, Apa Langkah Selanjutnya?

Menurutnya, inflasi bisa memengaruhi kurs rupiah lebih lanjut.

Hal itu karena adanya Exhange Rate Pass Through (ERPT) yang merupakan persentase perubahan harga domestik impor maupun ekspor akibat perubahan satu persen dalam kurs.

BACA JUGA: Warning Inflasi Menguat, Pemerintah Tolong Waspada!

"Turut membuat nilai tukar rupiah semakin melemah. Karena nilai tukar yang semakin terdepresiasi ini juga menyebabkan ERPT itu meningkat, menambah tekanan inflasi,” tutur Wira seperti dikutip dari Antara, Selasa (26/7).

Adapun nilai tukar rupiah pada 20 Juli terdepresiasi 0,6 persen (ptp) dibandingkan akhir Juni 2022, tetapi dengan volatilitas yang terjaga.

BI menyebut depresiasi tersebut sejalan dengan masih tingginya ketidakpastian pasar keuangan global akibat pengetatan kebijakan moneter yang lebih agresif di berbagai negara.

"Ke depan BI terus mencermati perkembangan pasokan valas dan memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah sesuai dengan kerja mekanisme pasar dan nilai fundamentalnya untuk mendukung upaya pengendalian inflasi dan stabilitas makroekonomi," beber Wira.

Wira menilai depresiasi atau pelemahan rupiah saat ini masih lebih baik dibandingkan mata uang negara-negara tetangga.

“Kita relatif lebih baik dibandingkan negara-negara lain, sebagai contoh sampai di Juli ini, 20 Juli ini, secara point to point kita terdepresiasi 4,9 persen, negara seperti Malaysia 6,42 persen, India 7,05 persen, dan Thailand 8,93 persen,” kata Wira.

Dia menambahkan dengan ketidakpastian di pasar keuangan global yang masih tinggi menyebabkan aliran modal ke emerging market, termasuk Indonesia, menjadi tertahan.

Kendati demikian, secara umum faktor sektor eksternal yang digambarkan oleh neraca pembayaran Indonesia masih solid.

“Namun karena portofolio terjadi capital outflow, maka itu menyebabkan tekanan terhadap nilai tukar,” tegas Wira. (antara/jpnn)


Redaktur & Reporter : Elvi Robiatul

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler