Inflasi Tinggi, Konsumsi Rumah Tangga Bisa Tertekan

Minggu, 04 Juni 2017 – 09:40 WIB
Darmin Nasution. Foto: dok/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Inflasi sepanjang Mei lalu sesuai dengan proyeksi Bank Indonesia (BI) dan ekonom, yakni 0,39 persen.

Angka itu membuat inflasi tahun kalender mencapai 1,67 persen dan year-on-year (yoy) 4,33 persen.

BACA JUGA: Inflasi Mei 2017 di Atas Nasional

Jika inflasi terus mendaki, konsumsi rumah tangga bisa tertekan.

Menko Perekonomian Darmin Nasution mengakui, besaran inflasi Mei tahun ini cukup tinggi jika dibandingkan dengan bulan-bulan sebelumnya.

BACA JUGA: Bisnis e-Money, Bank Bisa Kalah oleh e-Commerce

Namun, dia berharap besaran inflasi tahun ini bisa mendekati realisasi inflasi tahun lalu yang hanya 3,02 persen. 

’’Inflasi 0,39 persen ya sedikit tinggi, meskipun tidak tinggi sekali. Artinya, untuk mencapai target di bawah lima persen masih oke, tapi terlalu tinggi,” kata Darmin di Jakarta, Jumat (2/6). 

BACA JUGA: Juni Diprediksi Puncak Inflasi

Chief Economist SIGC Eric Alexander Sugandi memproyeksikan, inflasi Indonesia secara umum berada di angka empat persen (yoy) di pengujung 2017 dan 4,2 persen pada akhir 2018.

’’Tekanan inflasi memang terutama berasal dari kenaikan harga barang dan jasa yang besarannya ditentukan pemerintah atau administered prices serta kenaikan harga komoditas energi,’’ ujarnya.

Sejalan dengan hal itu, Eric melihat adanya risiko pelemahan pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada 2017.

’’Hal itu disebabkan tekanan inflasi jika pemerintah terus-menerus menaikkan administered prices,’’ imbuhnya.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto menyatakan, inflasi Mei dipicu kenaikan harga di seluruh kelompok pengeluaran.

Inflasi terbesar terjadi pada kelompok bahan makanan dengan andil 0,17 persen.

Yang naik adalah bawang putih, telur ayam ras, dan daging ayam ras. Disusul komoditas lainnya seperti beras, daging sapi, dan cabai merah.

”Hanya cabai rawit, bawang merah, dan tomat yang deflasi,’’ terang Suhariyanto. 

Faktor pendorong inflasi berikutnya adalah perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar dengan andil 0,35 persen.

Kenaikan harga di kelompok pengeluaran tersebut berkaitan dengan penyesuaian tarif dasar listrik (TDL) bagi pelanggan 900 VA.

Faktor lainnya adalah kenaikan harga pada kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau dengan andil 0,38 persen.

Komoditas yang menyumbang inflasi adalah lauk-pauk dan rokok keretek. Disusul kelompok sandang dengan andil 0,01 persen.

’’Ini karena hanya satu komoditas, yaitu baju muslim wanita, menjelang Lebaran,’’ katanya.

Berikutnya adalah kelompok kesehatan dan transportasi dengan andil 0,23 persen.

Dari kelompok transportasi, komoditas yang menyumbang inflasi adalah bensin jenis pertamax dan pertamax turbo, serta tarif angkutan udara. (ken/dee/res/c18/sof)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Ekspor Masih Bergantung Harga Komoditas


Redaktur & Reporter : Ragil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler