jpnn.com, JAKARTA - Ketua Umum Perkumpulan Hononer K2 Indonesia (PHK2I) Titi Purwaningsih mengungkapkan bahwa puluhan ribu pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja (PPPK) berencana menggelar aksi demo besar-besaran. Menurutnya, sekitar 51 ribu PPPK dari jalur honorer K2 akan turun ke jalan jika hingga akhir Februari nanti peraturan presiden (perpres) tentang jabatan dan penggajian bagi mereka tak kunjung terbit.
"Saya akan lihat sampai akhir Februari ini. Kalau Perpres enggak turun juga berarti memang harus kembali turun jalan. Kasihan teman-teman kalau diundur-undur terus," kata Titi kepada jpnn.com, Sabtu (15/2).
BACA JUGA: Seluruh Kementerian Terkait Setuju Isi Rancangan Perpres tentang PPPK
Titi menambahkan, dirinya maupun PPPK dari honorer K2 mengacu pernyataan Kepala Badan Kepegawaian Negara (BKN) Bima Haria Wibisana serta Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (MenPAN-RB) Tjahjo Kumolo dalam rapat kerja di Komisi II DPR RI pada 20 Januari 2020. Pada raker itu mengemuka bahwa selambat-lambatnya dua pekan dari 20 Januari 2020, Perpres PPPK akan diterbitkan.
Titi mengungkapkan, teman-temannya sudah nekat hendak turun ke jalan daripada banyak honorer K2 berakhir tanpa tanda jasa. "Kawan-kawan di bawah sudah mendesak saya terus untuk keluarkan instruksi agar demo besar-besaran. Mereka rela jadi korban dianiaya aparat daripada meninggal sia-sia," tuturnya.
BACA JUGA: Titi Honorer K2: Aduh, Tanda-tanda Apakah Ini?
Lebih lanjut Titi mengatakan bahwa saat ini 51 ribu PPPK dalam kondisi stres tinggi. “Mereka sudah tidak bisa ditahan. Sudah cukup sabar menunggu janji-janji pemerintah," tegas Titi.
Titi menegaskan, rencana menggelar aksi besar-besaran itu juga untuk menunjukkan bahwa PPPK bisa marah sehingga isunya menjadi perhatian internasional dan membuat PBB ataupun pegiat hak asasi manusia turun tangan. Menurut Titi, PHK2I harus bertindak tegas.
"Setiap hari saya didesak untuk ambil sikap tegas. Saya tunggu sampai Februari ini. Kalau belum juga jelas kami siap meminta keadilan dan hak-hak kami," tandasnya.(esy/jpnn)
Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad