Info Intelijen: Tiga Negara Ini Menebar Hoaks untuk Pengaruhi Pemilu AS

Minggu, 09 Agustus 2020 – 05:49 WIB
Presiden AS Donald Trump ingin berperang dengan Iran. Foto: Reuters

jpnn.com, WASHINGTON DC - Pejabat tinggi kontra intelijen Amerika Serikat (AS) memperingatkan soal upaya Rusia, Tiongkok, dan Iran untuk mengintervensi pemilihan presiden AS tahun ini. Rusia bahkan sudah mencoba melemahkan kandidat Partai Demokrat, Joe Biden.

William Evanina, direktur Kontra Intelijen dan Pusat Keamanan Nasional AS, dalam keterangannya pada Jumat (7/8), mengatakan negara-negara tersebut menggunakan disinformasi daring dan cara-cara lain untuk memengaruhi para pemilih.

BACA JUGA: Trump Tak Mau Tonton NBA, Jawaban LeBron James Menohok Banget

Pihak asing itu juga dituduh akan mengintervensi sistem pemilu di AS dengan upaya sabotase proses pemungutan suara, mencuri data pemilihan, atau memicu munculnya keraguan mengenai validitas hasil pemilu.

"Akan menjadi sulit bagi pihak musuh kami untuk mengintervensi atau memanipulasi hasil pemilu dalam tahap ini," kata Evanina.

BACA JUGA: Lagi, Trump Ancam TikTok, Nadanya Makin Keras

Sejumlah kajian yang dilakukan oleh beberapa lembaga intelijen AS menunjukkan kesimpulan bahwa Rusia sebelumnya beraksi dengan menaikkan kampanye presiden AS saat ini, Donald Trump, pada 2016 lalu, serta melemahkan kesempatan rivalnya saat itu, Hillary Clinton.

Terkait dengan kejadian pada pemilu terakhir itu, Evanina menyebut Rusia saat ini juga telah siap melakukan hal serupa kepada Joe Biden, kandidat yang akan maju melawan Trump dalam pemilu yang dijadwalkan November mendatang.

BACA JUGA: Rusia Mencoba Melemahkan Joe Biden, China Ingin Trump Kalah

Evanina menuduh Andriy Derkach, seorang politisi Ukraina yang pro Rusia, telah menyebarkan klaim mengenai korupsi, termasuk melalui percakapan telepon yang bocor dan dipublikasi, untuk merusak kampanye Biden dan Partai Demokrat.

Pendukung Trump di Senat AS pun melakukan investigasi yang mempertanyakan keterlibatan putra Biden, yakni Hunter Biden, dalam dugaan aktivitas bisnis di Ukraina.

Evanina mengatakan bahwa "aktor-aktor terkait Pemerintah Rusia" juga tengah berupaya untuk "menaikkan pamor Presiden Trump melalui media sosial dan televisi Rusia."

Di sisi lain, Tiongkok disebutnya malah menginginkan Trump tidak memenangkan kembali pemilu kali ini, karena Pemerintah Tiongkok menganggap dia terlalu tidak dapat diprediksi.

Menurut Evanina, Tiongkok telah memperluas upaya memengaruhi politik AS menjelang pemilu untuk mencoba membentuk kebijakan AS, menekan politisi AS yang dianggap anti Tiongkok , serta membelokkan kritik atas Tiongkok.

Sementara Iran lebih cenderung menggunakan taktik secara daring, misalnya dengan menyebarkan disinformasi untuk mengerdilkan institusi AS dan Presiden Trump, serta memancing ketidakpuasan para pemilih di AS.

Pimpinan Komisi Senat Intelijen, Marco Rubio dari Partai Republik dan Mark Warner dari Partai Demokrat, merespons peringatan yang disampaikan Evanina dengan menyebut bahwa mereka berterima kasih.

Keduanya juga mengatakan bahwa semua warga Amerika "harus berusaha keras untuk mencegah adanya aktor asing yang akan mengintervensi pemilu, memengaruhi politik, dan merusak kepercayaan terhadap institusi demokratis di AS." (ant/dil/jpnn)


Redaktur & Reporter : Adil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler