jpnn.com, LUBUKBASUNG - Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Agam, Sumatera Barat, mengungkap bahwa penyebab kematian ribuan ikan di perairan Danau Maninjau akibat kekurangan oksigen.
Kemudian, derajat keasaman atau PH air danau berkurang dari tujuh, sehingga warna air berubah hitam.
BACA JUGA: Puluhan Ton Ikan Nila Mati Mendadak
Kepala Dinas Lingkungan Hidup Agam, Jetson pun mengimbau petani untuk tidak membuang bangkai ikan mati ke Danau Maninjau karena dapat menambah pencemaran air danau pasca-kematian massal ikan nila tersebut.
"Kami melihat masih ada petani yang membuang bangkai ikan ke dalam danau. Ini menandakan tidak pedulinya mereka terhadap lingkungan," kata Kepala Dinas Lingkungan Hidup Agam, Jetson di Lubukbasung, Jumat.
BACA JUGA: Info Terkini Soal Kasus Siswi SMP Tewas di Gorong-gorong Sekolah
Ia mengatakan, sebagian bangkai ikan itu dikasihkan ke ikan patin yang ada di keramba jaring apung di Galapuang, Nagari Tanjung Sani, Kecamatan Tanjungraya.
Namun pihaknya tetap mengimbau petani agar tidak membuang bangkai ikan ke dalam danau.
BACA JUGA: Bripda APP Nekat Lompat dari Jembatan Layang, Oh Ternyata
"Kami akan terus mengimbau kalau ada kematian ikan jangan dibuang ke dalam danau, karena dapat menambah pencemaran air danau," katanya.
Ia menambahkan, saat ini udara di sekitar lokasi masih normal dan tidak mengeluarkan bau tidak sedap setelah adanya kematian massal ikan di Galapuang.
Sementara itu, Kepala Dinas Perikanan dan Ketahanan Pangan Agam, Ermanto menambahkan 10 ton ikan yang mati di Danau Maninjau itu berasal dari 15 keramba jaring apung.
"Petani mengalami kerugian sekitar Rp260 juta karena harga ikan di tingkat petani Rp26 ribu per kilogram," katanya.
Dengan kejadian itu, Ermanto mengimbau petani untuk segera memanen ikan yang berukuran besar, memberikan pakan terapung dan tidak menebar bibit. (antara/jpnn)
Redaktur & Reporter : Budi