jpnn.com, MALANG - Kemenag menyediakan beasiswa kuliah S3 alias program doktoral dengan jumlah kuota mencapai ribuan.
Sekretaris Direktur Jenderal Kementerian Agama (Sesdirjen Kemenag) Imam Syafii menyatakan, masih tersisa kuota banyak dari program beasiswa doktor ini.
BACA JUGA: Terima Telepon Sebut Anak dapat Beasiswa? Waspadalah
”Per tahun saja kami menyiapkan kuota seribu beasiswa untuk seluruh mahasiswa se-Indonesia,” ujarnya saat menemui wartawan di acara peringatan Hari Pers Nasional 2019 di Universitas Islam Malang (Unisma), akhir pekan lalu.
Tahun lalu, pendaftarnya mencapai angka sekitar 2.500-an. ”Sementara yang lolos administrasi sekitar 1.300-an saja,” ujarnya.
BACA JUGA: Meikarta Beri Beasiswa Kepada Siswa Berprestasi di Cikarang
Rinciannya, dari seribu kuota ini, sebanyak 750 kuota disediakan untuk beasiswa S-3 pada perguruan tinggi di dalam negeri dan 250 untuk perguruan tinggi di luar negeri.
Namun dibukanya beasiswa ini, tidak hanya berkonsentrasi pada perguruan tinggi keagamaan Islam negeri (PTKIN). Ada perguruan tinggi umum (PTU) yang digandeng Kemenag untuk menjadi mitra beasiswa doktoral.
BACA JUGA: Mahasiswa Miskin di 10 PTN Dapat Beasiswa Rp 1,5 Miliar
BACA JUGA: Regita, Wisudawati Terbaik Unpad dengan Skripsi Tentang 2019GantiPresiden
”Dibuka 2014, dulu ada UIN Maulana Malik Ibrahim dan Universitas Brawijaya. Kini ada lima kampus dari Malang yang diajak bekerja sama,” ujarnya.
Di antaranya, Universitas Negeri Malang (UM), Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), dan Unisma.
Untuk UIN Maulana Malik Ibrahim misalnya, dibuka satu prodi, yakni pendidikan bahasa Arab. Lalu, UM dengan tiga prodi, yakni teknologi pembelajaran, bimbingan dan konseling, serta pendidikan bahasa Indonesia.
Sementara, Unisma dengan prodi pendidikan Islam multikultural, UMM dengan pendidikan agama Islam, dan UB dengan dua prodi. Yakni ilmu pertanian dan ilmu perikanan-kelautan.
”Malang itu mengapa banyak kampusnya dibanding wilayah lain, karena potensi prodinya bagus, pendaftarnya pun banyak,” jelasnya. Meski tak ingat secara detail, ada lebih dari seratus pendaftar program doktoral yang berasal dari Malang.
”Tetapi yang mendaftar, untuk dosen agama Islam di PTU dan seluruh dosen di PTKIN,” jelasnya. Selain itu, ada PNS di lingkungan madrasah dan Kemenag dipersilakan mendaftar. Dia mengingatkan, ditambahnya PTU dan PTKIN tahun ini bukan berarti ada kesempatan besar bagi pendaftar.
”Karena hanya seribu dan pilihannya banyak, jumlah pendaftarnya meningkat, dan seleksinya makin ketat,” tambah Imam.
Sementara, Rektor Unisma Prof Dr Masykuri Bakri MSi menyatakan, para calon doktoral yang diminta mendaftar program ini cukup banyak.
”Ada lebih dari 50-an. Sebenarnya, yang ingin menjadi doktor banyak. Lebih dari itu, hanya terbagi-bagi ke banyak program beasiswa doktoral,” jelasnya.
Ada beasiswa Kementerian Keuangan seperti LPDP dan beasiswa dari beberapa perusahaan juga diburu para calon doktor. ”Sementara, untuk jurusan sendiri beragam. Yang saintek dan keagamaan lebih dipilih calon doktoral di Unisma,” jelasnya.
Sementara itu, UIN Maulana Malik Ibrahim yang menjadi satu-satunya PTKIN di Malang memang getol disasar pendaftar doktoral. Membuka prodi bahasa Arab, lebih dari 200 pendaftar memilih UIN Maliki.
”Kami juga sempat menjadi tuan rumah seleksi para calon doktoral,” ujar Rektor UIN Maulana Malik Ibrahim Prof Dr Abdul Haris MAg. Pada 2017 lalu misalnya, ada 77 pendaftar yang ditempatkan tes di UIN Maliki.
Untuk pendaftar calon doktoral di UIN, cukup banyak. ”Mahasiswa S-2 yang lanjut ke S-3 tinggi kok. Target kami, per tahunnya ada lulusan S-2 ke S-3 itu 100 orang,” jelas dia. (san/c1/mas)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Siapkan Beasiswa untuk Dokter Umum jadi Spesialis
Redaktur & Reporter : Soetomo