jpnn.com, JAKARTA - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali mencetak rekor tertinggi sepanjang sejarah di Indonesia.
Indeks akhir pekan pada Jumat (17/3) ditutup naik 0,40% atau 22,191 poin ke level 5.540,432.
BACA JUGA: Suap Kemenpupera: Amran dan Musa Debat di Depan Hakim
Rekor tersebut mencerminkan meningkatnya kepercayaan investor terhadap pasar modal Indonesia. Kenaikannya melampaui PER sejumlah bursa Asia.
Kenaikan terjadi setelah investor ramai-ramai melakukan aksi beli.
BACA JUGA: Bang Taufik Minta Proyek yang Pakai Dana CSR Diaudit
Bukan hanya lokal, asing pun ramai-ramai kembali masuk ke pasar modal lokal.
Investor asing melakukan net buy hampir Rp 2,5 triliun.
Sektor perbankan dan infrastruktur masih punya pengaruh besar bagi para pelaku pasar dari lokal, maupun luar negeri.
Yang paling menunjukkan pergerakkan paling banyak ada di saham BUMN.
Menurut pengamat pelaku pasar modal (investor retail), Efrizan, keseriusan pemerintah dalam melakukan perbaikan infrastruktur menjadi satu alasan serta tingginya tingkat kepercayaan para investor.
"Yang paling banyak berpengaruh dari sisi pergerakan paling banyak saham BUMN. Nah jika akhir Maret APBN sudah cair, semua akan siapkan jurus. Dari sektor perbankan, dan infrastruktur dari BUMN" kata Efrizan, di Jakarta, Senin.
Kerja nyata dan keseriusan pemerintahan Presiden Jokowi dirasa sangat menentukan untuk berperan meningkatkan pertumbuhan perekonomian Indonesia.
Khususnya di peningkatan infrastuktur. Menurutnya, kehebatan tim ekonomi dengan hadirnya Sri Mulyani cukup berperan penting.
Terlebih strategi yang dilakukan Sri Mulyani dalam mengembangkan APBN dinilai tepat sasaran.
Pola seperti ini yang terpenting, optimisme pasar cukup tinggi dengan melihat kinerja sebuah negara dari sektor bursa yang perputaran uangnya sangat cepat.
Menurut Efirizan, investor sudah cerdas baik di Indonesia, maupun luar negeri, terutama pada APBN yang ada.
Apalagi dengan pencapaian pajak yang cukup mendekati pada kisaran kenaikan sekitar 83% atau sekitar Rp 1300 triliun dari target Rp.1500 triliun.
"Jokowi sangat cerdik dengan tim nya. 2014-2016 seluruh komoditi turun kecuali pada 2016 akhir batu bara mulai naik, mau ngomong nikel, minyak. Kita kan dagangnya material. Jokowi bilang, "Saya ngak bisa jualan, tapi saya akan perbaikin infrastruktur, PLN harus sekian". Pasar melihat ada orang gila di Indonesia, walaupun 2015 cuma tercapai 20% di 2016," tambahnya.
Namun dari semua sektor yang sedang dikerjakan, Efrizan tetap optimistis dengan keseriusan pemerintah.
Pemerintah diharapkan tetap seirama memanfaatkan momentum yang sudah baik dengan arah satu pintu.
Menariknya, beda investasi koorporate dengan BUMN. Persepsi investor terhadap saham saham BUMN, mereka mengatakan tidak akan rugi untuk menanamkan investasi di BUMN.
Jadi deviden bisa dijadikan key positif sebagai faktor untuk menentukan investor masuk kedalam satu saham.
Karena bagi investor, penting adalah pengembalian dalam bentuk margin.
"BUMN kan mukanya pemerintah di pasar modal, jadi kalau mukanya coreng, mereka akan cenderung menarik kembali. Sektor paling tinggi infrastruktur mereka melihat persektor yang sedang 'on the way', incress, mulai dari listrik, tol, mereka percaya," paparnya.
Dia mengatakan investasi proyek-proyek yang sudah jelas peruntungannya.
Misalnya jalan tol, pelabuhan, tetap akan jadi corong pemerintah untuk menaikkan keuntungan pada bursa saham.
Selain infrastruktur, sektor kesehatan juga berperan penting sehingga ikut mengalami kenaikan seperti, INAF, KF dengan kenaikan 45-46?% pada enam bulan terakhir. (flo/jpnn)
Redaktur & Reporter : Natalia