Ingat, Hoaks Bisa Berujung Pembunuhan

Selasa, 13 November 2018 – 00:14 WIB
Hoaks. Ilustrasi: Ardissa Barack/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Pengamat Media Sosial Nukman Luthfie menjelaskan, hoaks penculikan anak tidak hanya merebak di Indonesia. Beberapa waktu lalu, di India hoaks penculikan anak juga menyebar.

”Bahkan, dampak dari penyebaran hoaks di India lebih mengkhawatirkan,” ujarnya, seperti diberitakan Jawa Pos.

BACA JUGA: Detik – detik Penemuan Jasad Ajun, Bukan Diculik!

Menurutnya, akibat hoaks penculikan anak terjadi korban jiwa. Bahkan, jumlahnya mencapai puluhan orang.

Hal tersebut terjadi karena hoaks itu membuat orang khawatir. ”Yang paling berbahaya itu memang hoaks yang membuat kekhawatiran,” tuturnya.

BACA JUGA: GP Ansor DKI, Jatim, DIY Laporkan Akun Medsos Penebar Fitnah

Hoaks penculikan anak di India inilah yang menjadi sebab WhatsApp membatasi jumlah konten yang bisa dishare. ”Sebab, dampaknya luar biasa di dunia nyata,” terangnya.

Dia menuturkan, ibu-ibu perlu memahami bahwa informasi itu bisa membuat dampak. Tidak perlu jauh-jauh, beberapa waktu lalu ada hoaks soal pencurian soundsystem.

BACA JUGA: Polri Dalami Bantahan Caleg PAN Soal Sebarkan Hoaks Lion Air

Lalu, terjadi main hakim sendiri terhadap orang yang diduga mencuri hingga meninggal dunia. ”Ini artinya hoaks itu bisa membunuh,” tegasnya.

Lalu, langkah apa yang harus dilakukan? Dia menjelaskan bahwa yang paling tepat adalah penegakan hukum harus merespon dengan cepat. ”Lalu, yang diutamakan untuk ditangkap itu adalah pembuat,” tuturnya.

Karena pembuat hoaks inilah yang sebenarnya pelaku utama. Walau memang untuk menangkap pembuat ini memang harus kerja keras. ”Memang sulit,” terangnya.

Menurutnya, penyebar hoaks dalam undang-undang informasi dan transaksi elektronik (ITE) memang bisa ditangkap. Namun, jangan dijadikan yang utama, sebab penyebar ini biasanya membutuhkan edukasi. ”Diberikan edukasi itu perlu untuk masyarakat awam,” tuturnya.

Hoaks, lanjutnya, memang tidak memandang pendidikan. Entah profesor, doktor atau yang bergelar itu bisa termakan hoaks. ”Karena bila sejak awal sudah ada asumsi, lalu ada informasi yang hoaks, tetap saja disebar. Tapi, tetap perlu untuk edukasi dalam menghindari hoaks,” jelasnya.

Selama ini memang cukup jarang penangkapan terhadap pembuat atau produsen hoaks. Bisa dihitung dengan jari pembuat hoaks yang akhirnya tertangkap, misalnya kelompok Saracen dan Muslim Cyber Arym (MCA). (IDR)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Pembuat Kontens Hoaks Penculikan dan Pesawat Lion Air Diburu


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler