Ingat, Kebinekaan Indonesia Tak Perlu Diperdebatkan Lagi

Jumat, 28 Juli 2017 – 15:14 WIB
Pelepasan peserta Parade Kebinekaan yang digelar Taruna Merah Putih di Majalengka, Jawa Barat, Minggu (23/7). Foto: YSA/RMOL

jpnn.com, JAKARTA - Kebinekaan di dalam Islam bukan sesuatu yang asing. Sebab, ayat di dalam Alquran dengan gamblang menyebutkan tentang manusia dan perbedaan.

"Indonesia kita dari segi kebinekaan ya sudah islami. Itu bisa dilihat seluruh warga negara mendapat hak yang sama dan tidak ada diskriminasi. Artinya, Indonesia dan kebinekaan dalam konsep Islam itu sudah tidak perlu diperdebatkan lagi," kata Wakil Ketua Majelis Tarjih PP Muhammadiyah Hamim Ilyas di Jakarta, Jumat (28/7).

BACA JUGA: Serukan Jaga Kebinekaan, Buya Syafii: Perbedaan Itu Hak

Dia menjelaskan, Islam kaffah (sesungguhnya) dalam pengertian asbabun nuzul adalah integrasi sosial dan integrasi politik.

Integrasi sosial berarti seluruh manusia merasa menjadi bagian masyarakat tanpa ada diskriminasi.

BACA JUGA: TMP Ajak Kalangan Muda Suarakan Pancasila Lewat Parade Kebinekaan

Sedangkan integrasi politik berarti seluruh warga merasa menjadi bagian negara, tanpa terjadi diskriminasi.

"Jadi, jelas kebinekaan tidak perlu didebatkan. Sebab, kebinnekaan itu Islam sendiri. Artinya, seperti yang ada selama ini di Indonesia yang berbeda-beda itu telah diakui sebagai warga negara penuh yang sebagai Al Ballad Al Amin sehingga hak-haknya harus dilindungi," jelas dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga ini.

BACA JUGA: Farhan: Sadar Keragaman Berawal dari Kampus

Begitu juga dengan konsep khilafah. Menurutnya, khilafah dalam Alquran itu ada dua. Pertama, khilafah dalam kedudukan manusia di bumi sebagai wakil Tuhan.

Sebagai wakil Tuhan, manusia wajib menyelenggarakan kehidupan di bumi.

Hal itulah yang mendasari Allah menyerahkan kehidupan di bumi kepada manusia setelah menciptakan alam semesta, termasuk kehidupan beragama.

Kedua, khilafah itu adalah kepemimpinan politik yang ideal. Itu terdapat dalam sosok Nabi Daud yang merupakan nabi dari kalangan Bani Israel, sekaligus raja.

Nabi Daud menggunakan kekuasaan untuk menyejahterakan rakyatnya dengan melakukan desakralisasi kepada alam.

Dulu, alam dipandang sakral sehingga orang tidak mau mengeksplorasi. Maka, Nabi Daud yang mengeksplorasi alam untuk kesejahteraan.

Selain itu, Nabi Daud juga mengembangkan teknologi pengolahan baja sebagai bukti kekuasaan untuk kesejahteraan rakyat.

Jadi, kekuasaan untuk mengabdi pada Tuhan melalui kekuasaan. Nah, kekuasaan sebagai alat untuk menciptakan kesejahteraan.

"Itu sebenarnya arti khilafah yaitu konsep kepemimpinan ideal, kekuasaan politik untuk mewujudkan kesejahteraan. Di Indonesia, presiden bisa jadi khalifah dalam pengertian tadi. Yaitu, menggunakan kekuasaan untuk mewujudkan kesejahteraaan rakyat Indnonesia. Kalau dia kuasa tapi tidak untuk mewujudkan kesejahteraan, itu bukan khalifah. Intinya, khilafah itu nilai, bukan sistem," imbuhnya. (jos/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Sekolah Multietnis Milik Sofyan Tan di Medan Mengundang Kekaguman


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler