BACA JUGA: Ajarkan Tanam Bibit Trembesi
Padahal katanya, masih ada lokasi lain yang lebih bersejarah."Kenapa harus Jenderal Sudirman? Kenapa harus di Pacitan juga? Ada apa ini? Kalau Pak Menteri mau berkeliling di Jawa Timur, banyak lokasi yang lebih bersejarah," kata Eko, dalam Rapat Kerja antara Menbudpar Jero Wacik dan Komisi X DPR RI, Rabu (13/1).
Menanggapi itu, Jero Wacik balik mempertanyakan rasa kebangsaan Eko
BACA JUGA: Mahfud: MK-Satgas Hanya Bisa Sinergi
Kami ingin membuat monumen Jenderal Sudirman bukan karena dia di Pacitan, tapi memang beliau seorang jenderal dan pejuang besarMenbudpar pun meminta agar anggota Komisi X jangan melihat Pacitan-nya, yang kebetulan memang merupakan tempat lahir Presiden Susilo Bambang Yudhoyo (SBY)
BACA JUGA: SBY Canangkan Tanam Satu Juta Trembesi
Tapi yang perlu dilihat katanya, adalah perjuangan Sudirman yang pantang menyerah"Bayangkan saja, dengan satu paru dan ditandu, Pak Sudirman masih terus berjuangBarangkali kalau itu menimpa saya, saya tidak mampu lagi," ujar Jero dengan nada bergetar.Tangis Jero tak dapat ditahan, ketika dia menyatakan bahwa di pintu kedelapan menuju monumen Jenderal Sudirman itu, dia menuliskan satu kalimat yang maknanya sangat dalam"Kalau pintu satu sampai tujuh, semuanya bertuliskan kalimat 'Jenderal Sudirman'Yang pintu kedelapan, sengaja saya tulis sendiri dan itu butuh waktu semalaman untuk memikirkan kalimat yang pas bagi seorang pahlawan besarSaya tulis, 'Biar Paru Tinggal Satu, Biar Tinggal Ditandu, Tapi Perjuangan Jalan Terus'," tutur Jero sambil terisak.
Jero lantas menambahkan, bahwa dia merasa malu sekali karena kita sekarang yang sehat belum tentu (bisa) seperti ituMelihat Jero menangis itu, para peserta rapat pun sebagian besar akhirnya ikut menitikkan air mataAda sekitar tiga menit lamanya suasana jadi tampak heningNamun di menit kelima, Jero sudah bisa menguasai keadaan meski suaranya masih terdengar parau(esy/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Sri Mulyani Keluar Disambut Teriakan
Redaktur : Tim Redaksi