Inggris dan Turki Ikut Campur, Venezuela Kian Kacau

Minggu, 27 Januari 2019 – 02:21 WIB
Presiden Venezuela Nicolas Maduro. Foto: AFP

jpnn.com, KARAKAS - Dualisme kepemimpinan membuat Venezuela semakin kacau. Setelah Amerika Serikat dan Rusia, kini semakin banyak pihak asing ikut campur dalam urusan negara yang pernah kaya minyak itu.

Presiden dari kubu oposisi, Juan Guaido panen dukungan setelah Amerika Serikat (AS) secara terang-terangan berpihak kepada tokoh 35 tahun tersebut. Kamis (24/1) Menteri Luar Negeri Inggris Jeremy Hunt menobatkan Guaido sebagai pemimpin baru Venezuela. Dia menyebut bapak satu putri itu sebagai sosok presiden ideal bagi negara tersebut.

BACA JUGA: Besar Kepala, Presiden Oposisi Venezuela Tawarkan Pengampunan ke Maduro

Berkebalikan dengan AS dan Inggris, empat negara kuat lainnya mendukung petahana Nicolas Maduro. Empat negara itu adalah Rusia, Tiongkok, Iran, dan Turki. Meski kalah dukungan, Maduro optimistis empat negara itu bisa membuatnya bertahan di kursi kepala negara.

BACA JUGA: Besar Kepala, Presiden Oposisi Venezuela Tawarkan Pengampunan ke Maduro

BACA JUGA: Ini Dampak Restu Trump kepada Presiden Oposisi Venezuela

Bagi Maduro, dukungan Rusia dan Tiongkok sudah lebih dari cukup. Faktanya, dua negara itulah yang selama ini menjadi penyokong utama Venezuela. Khususnya dalam bidang militer. "Apakah kita akan membiarkan boneka asing bertingkah? Tidak," ujar Maduro saat berpidato di hadapan Mahkamah Agung (MA).

Dalam satu dekade terakhir, Tiongkok mengucurkan dana USD 65 miliar (sekitar Rp 915 triliun) kepada Venezuela. Sebanyak USD 20 miliar atau setara dengan Rp 281 triliun berupa pinjaman.

BACA JUGA: Trump Dukung Oposisi Venezuela, Rusia Bereaksi Keras

Dukungan Tiongkok dan Rusia itu membuat Maduro tidak mau menyerah begitu saja kepada Guaido. Dia berjanji melawan gringo, istilah Amerika Latin untuk menyebut bule atau orang asing, sekuat tenaga. Langkah pertama yang dia ambil adalah mengusir para diplomat AS dari Venezuela. Juga, menarik seluruh diplomat Venezuela dari AS.

"Mereka (AS) kira bisa menjajah dan berkata seenaknya? Mereka harus melewati saya dan pemerintah Venezuela lebih dulu," tegas Maduro sebagaimana dikutip Associated Press.

Sementara itu, AS terus memberikan dukungan kepada Guaido. Kini pemerintahan Presiden Donald Trump sedang berupaya mengalihkan aset-aset penting Venezuela dari tangan Maduro ke Guaido. "Fokus kami adalah memutus rezim tidak sah Maduro dari berbagai pendapatan," ujar Penasihat Keamanan AS John Bolton.

Bahkan, rumor yang beredar menyebutkan bahwa Trump bakal mengirim pasukan ke Venezuela. Ide itu jelas memantik protes dari dalam dan luar negeri. "Saya tak melihat adanya alasan yang kuat untuk mengirim pasukan ke Venezuela," ujar Douglas Fraser, mantan pejabat militer AS yang menangani wilayah Amerika Latin, kepada Vox. (bil/c10/hep)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Pemuda Baik-Baik Ini Telepon Polisi Usai Bantai Lima Orang


Redaktur & Reporter : Adil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler