Ingin Jadi Komunikator Politik? Ini Tips dari Anas

Minggu, 10 November 2013 – 16:26 WIB

jpnn.com - JAKARTA - Mantan Ketua Umum Partai Demokrat, Anas Urbaningrum membeberkan persyaratan-persyaratan untuk menjadi komunikator politik. Menurutnya, salah untuk menjadi komunikator politik adalah memiliki keberanian.

"Syaratnya satu, harus berani. Punya sesuatu untuk dikomunikasikan kalau enggak berani bahan itu tidak keluar, tidak jadi pesan. Pesan keluar kalau ada keberanian," kata Anas dalam sebuah diskusi bertajuk "Telaah Komunikasi Politik Anas Urbaningrum" di Kebayoran Baru, Jakarta, Minggu (10/11).

BACA JUGA: Surya Paloh Dianggap Lebih Pluralis Ketimbang Megawati

Ia menambahkan, komunikator politik harus menyampaikan pesan secara sederhana. Kesederhanaan itu penting karena setiap penerima pesan punya keterbatasan ruang.

"Kalau terlalu banyak yang kita sampaikan belum tentu sampai secara utuh. Kalau banyak tidak utuh, lebih baik sedikit tapi bisa dicerna," katanya.

BACA JUGA: Anas Sarankan SBY Tunjuk Ibas Jadi Jubir PD

Anas mencontohkan ketika dirinya pernah menulis status di BlackBerry Messenger dengan tajuk "politik para sengkuni". Menurutnya, potongan kalimat itu mudah dicerna sekaligus menimbulkan pertanyaan baru. "Pertanyaan itu penting, menjadi oli dalam perputaran pesan itu," ujarnya.

Ia menambahkan, pesan mudah diterima kalau diberi konteks kultural. Relevansi pesan komunikasi bisa sampai ke audiens kalau diberi konteks budaya. Anas mengangkat wayang dalam pesannya.

BACA JUGA: Rekam Jejak Hamdan Layak Dipertanyakan

"Kenapa saya introdusir wayang, karena wayang adalah salah satu media budaya yang pendukungnya besar. Karena pendukungnya besar pasti yang paham tentang wayang banyak. Ketika disampaikan sedikit idiom pewayangan mudah dicerna. Saya ingin mengangkat wayang," ujar Anas.

Mantan komisioner KPU itu pun mengingatkan perlunya komunikator politik harus kreatif. Untuk kreatif itu perlu ada modal ilmu retorika.  "Saya tahun 2009, pernah dapat award komunikator politik terbaik dari tim SBY. Saya bisa bertahan dan melakukan serangan balik dengan tajam, telak, itu salah satu penilaiannya," katanya.

Namun ada pula ilmu yang diperoleh Anas dari para tokoh politik. Misalnya mendengarkan ceramah atau pidato Soekarno, Susilo Bambang Yudhoyono dan Akbar Tandjung. "Siapa saja bisa dipelajari," katanya. (gil/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... NU Ingatkan Pemerintah Tak Obral Migas untuk Swasta


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler