Ini Alasan Kemenpar Gunakan ‘Bali’ untuk 10 Destinasi Baru

Jumat, 26 Februari 2016 – 15:38 WIB
Menpar Arief Yahya. Foto: dokumen JPNN

jpnn.com - BALI - Bali adalah icon pariwisata Indonesia. Itu fakta yang tidak terbantahkan, karena 40 persen wisman masuk melalui gerbang pintu Pulau Dewata. 

Karena itulah Menpar Arief Yahya selalu menggunakan icon "Bali" untuk menyebut 10 destinasi prioritas itu dengan istilah "10 Bali Baru." 

BACA JUGA: Cara Si Cantik Merawat Diri Seperti Ini Loh

"Bali adalah destinasi yang sudah punya pamor di peta pariwisata dunia," ungkap Arief Yahya, Menteri Pariwisata RI di Jakarta. 

Apakah 10 titik tujuan wisata baru akan dibuat mirip Bali? "Ya tidaklah. Masing-masing sudah punya karakter sendiri. Punya kombinasi alam dan budaya tersendiri. Justru diversity itulah yang membuat kita kaya atraksi, kaya budaya, kaya tradisi, tiap daerah dieksplorasi uniqueness-nya," jawab Arief Yahya. 

BACA JUGA: Mau Cegah Kanker? Coba Cara-Cara Ini

Istilah 10 Bali baru itu lebih untuk memberi tekanan, agar performance masing-masing daerah itu seperti Bali, yang setahun 4 juta wisman. Dari tahun ke tahun naik signifikan. Tourism menjadi leading sector, semua support pembangunan pariwisata. 

"Jika itu terjadi, Indonesia akan menjadi tujuan wisata yang tak ada habis-habisnya. Semua kota menyenangkan, penuh atraksi, mudah aksesibilitas dan lengkap amenitasnya," kata Arief Yahya. 

BACA JUGA: Buat Remaja, Makan Ini untuk Hindari Kanker Payudara

Istilah "Bali-Bali Baru" adalah kata dengan makna konotatif. Bukan makna yang sesungguhnya, atau orang biasa menyebut makna kiasan. Tetapi lebih ke performansi kunjungan wisman wisnus. 

"Bahasa jelasnya, kami ingin target kunjungan besar, seperti Bali itu, pulau yang angka inbound nya paling besar di Indonesia. Saya ingin 10 destinasi itu besar-besar semua seperti Bali! Coba bayangkan kalau semua itu 4 juta semua? Apa tidak makmur negeri kita ini," kata Mantan Dirut PT Telkom ini. 

Jadi tidak menjadikan 10 destinasi itu menjadi Bali? "Haha.. Yg seperti Bali itu, jumlah wismannya, nilai devisanya, kreativitasnya, hospitalitynya, pertumbuhan ekonominya. Soal atraksi? Ya harus mengikuti akar budaya masyarakatnya. Dan itu tidak mungkin disamakan dengan Bali, masing-masing punya keistimewaan," jelasnya. 

Contohnya Mandalika Lombok. Di sana lebih bernuansa halal tourism, karena brand Lombok sudah tercipta sebagai world best halal destination. Di Belitung lain lagi, begitupun lokasi 10 prioritas yang sering disebut "Bali-Bali" baru itu. 

Tapi apa mungkin, menciptakan ekosistem pariwisata baru seperti Bali, dalam waktu cepat? Bali menjadi seperti sekarang ini butuh ratusan tahun? "Kalau Pak Presiden Jokowi sudah memberi arah ke sana, tidak ada pilihan lain kecuali "bisa" dan "sangat bisa." Semua progres, semua running. Lima titik akan direvitalisasi, tiga titik Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata, dua titik pendatang baru," ungkap dia. 

10 Destinasi Prioritas itu adalah Toba Sumatera Utara, Tanjung Kelayang Belitung, Tanjung Lesung Banten, Pulau Seribu Jakarta, Borobudur Jateng, Bromo Jatim, Mandalika Lombok, Labuan Bajo Komodo, Wakatobi Sultra dan Morotai Maltara.(ray/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Mau Diet? Coba Makan Sambil Menutup Mata


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler