Ini Alasan Kuat Para Kepsek Ingin PTM

Jumat, 23 Juli 2021 – 16:01 WIB
Pembelajaran Tatap Muka atau PTM menerapkan protokol kesehatan secara ketat. Ilustrasi Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas disambut sekolah mulai TK sampai jenjang menengah.

Alasannya sama yaitu keterbatasan fasilitas, jaringan untuk pembelajaran jarak jauh (PJJ), dan desakan orang tua.

BACA JUGA: PTM Berkelompok, Guru di Poigar Bakal Mendapat Insentif Tambahan

Menguatnya desakan untuk PTM membuat Kepala SD Negeri 5 Samalanga Diauddin akan memulai pada 26 Juli 2021.

"Kami sudah siap melakukan PTM. Rencana kelas 1 sampai 6 seluruhnya PTM," kata Diauddin kepada JPNN.com, Jumat (23/7).

BACA JUGA: Sekolah Dasar Ini Siap Laksanakan PTM 26 Juli Mendatang

Untuk penerapan PTM ini, lanjutnya, sekolah menerapkan protokol kesehatan ketat.

Selain itu, sarana prasarana juga sudah lengkap.

BACA JUGA: Dua Kepsek Ini Berhasil Menjalankan PTM, Layak Ditiru

Sementara, Kepala SMP Kecamatan Tahuna Kabupaten Kepulauan Sangihe Julfin Daromes mengatakan, banyak orang tua murid yang menginginkan anaknya sekolah tatap muka.

Apalagi, kata dia, karena keterbatasan fasilitas PJJ di rumah. Belum lagi kendala jaringan.

"Namanya di daerah kepulauan, jaringan susah makanya sesuai kesepakatan sekolah dan orang tua PTM 100 persen," ucapnya.

Karena PTM ini keinginan bersama, kata Julfin, orang tua pun ikut menjaga anak-anaknya dengan menerapkan protokol kesehatan.

Sekolah juga tidak membolehkan siswanya pulang rumah tanpa dikawal guru.

Jam pulang sekolah pun diatur agar tidak terjadi kerumunan.

"Jadi, anak-anak yang tidak dijemput orang tuanya dikawal guru. Mereka diantar sampai naik kendaraan umum yang kapasitasnya separuh," terangnya.

Namun, sayangnya tahun ajaran baru ini, Julfin tidak bisa memberlakukan PTM meski terbatas akibat sekolahnya berada di zona orange.

Walaupun begitu, seluruh guru dan tenaga kependidikan diwajibkan masuk sekolah.

Julfin berharap ada perubahan zona dari orange ke kuning agar PTM segera dilakukan.

Mengingat selama enam bulan menjalankan PTM terbatas maupun 100 persen, tidak ada kasus Covid-19 di SMP Kecamatan Tahuna Kabupaten Kepulauan Sangihe.

Sama halnya dengan yang ditetapkan di SMP Negeri 37 Muara Jambi, Kecamatan Bahar Selatan, Kabupaten Muaro Jambi, Provinsi Jambi.

Menurut Kepala SMP Negeri 37 Muara Jambi Togap Sianipar, tahun ajaran baru ini pihaknya memutuskan melakukan PJJ untuk sementara karena sesuai rekomendasi dari tim Satgas Covid-19.

Sebenarnya, kata Sianipar, tidak ada satu pun warga sekolah yang terkonfirmasi Covid-19 saat PTM terbatas pada Januari-Juni 2021.

Namun, karena ada kebijakan dari Satgas Covid-19 kecamatan akhirnya berimbas pada sekolah yang dia pimpin.

"Kami putuskan PJJ sambil menunggu rekomendasi dari Satgas Covid-19 lagi apakah semua sekolah sudah bisa PTM terbatas lagi," terangnya.

Sementara Kepala TK Islam Punteuet Swasta Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe Provinsi Aceh Fadhilah mengatakan sekolah yang dipimpinnya berada di wilayah terpencil sehingga menyulitkan orang tua menyediakan fasilitas daring untuk anaknya.

Terelebih lagi, bila orang tuanya memiliki lebih dari dua anak.

"Ada anak-anak yang tidak punya gawai dan hanya pinjam dari orang tuanya. Itu pun gawai ayahnya dan digunakan secara bergantian dengan kakak-kakaknya," kata Fadhilah.

Menurutnya, yang repot ialah ketika sang ayah berangkat kerja, anak-anak itu harus menunggu sampai ayahnya pulang baru bisa belajar.

Hal itulah yang membuat Fadhilah berembuk dengan orang tua murid untuk membahas PTM.

"Orang tua sepakat tahun ajaran baru dilakukan PTM makanya sejak 12 Juli anak-anak sudah sekolah," ujarnya.

PTM, lanjut Fadhilah, dilakukan dengan protokol kesehatan ketat dan jam belajarnya dikurangi menjadi 2 jam.

Sama halnya dengan jenjang sekolah dasar yang sangat merindukan PTM.

Menurut Kepala SD Negeri Antasari 1 Kecamatan Amuntai Tengah, Kabupaten Hulu Sungai Utara, Provinsi Kalimantan Selatan Bambang Mahmudin, pihaknya sangat ingin menjalankan PTM terbatas pada tahun ajaran baru ini.

Dia mengungkapkan bagaimana usahanya mendapatkan izin PTM terbatas untuk tahun ajaran baru.

Seperti melakukan vaksinasi untuk para gurunya, di samping melengkapi sarana prasarana di sekolah.

"Sejak 12 Juli, kami melaksanakan PJJ karena menunggu verifikasi dan izin Satgas Covid-19," ucapnya.

Menurut Bambang, sarana prasarana untuk PTM terbatas sudah dilakukan sekolah jauh-jauh hari. Bahkan pihak sekolah sudah rapat bersama orang tua siswa untuk kesiapan PTM terbatas.

"Respon orang tua sangat positif meski dari 95 siswa ada dua sampai tiga orang tua tidak mau PTM," terangnya.

Bagi orang tua yang tidak mengizinkan anaknya PTM, lanjut Bambang, pihaknya sudah menyiapkan untuk PJJ.

Dia menegaskan, setiap ada kebijakan pihak sekolah selalu merundingkan bersama orang tua murid.

"Kami tidak pernah memaksakan orang tua. Namun, memang banyak yang ingin PTM karena kendala jaringan dan fasilitas PJJ," ucapnya.

Saat ini, kata Bambang, siswa SD Negeri Antasari 1 menjalankan PJJ.

Bagi siswanya yang tidak punya fasilitas daring, maka guru melakukan kunjungan ke rumah siswa.

Hal inilah yang salah satunya mendorong warga sekolah ingin PTM terbatas. (esy/jpnn) 

 

Simak! Video Pilihan Redaksi:


Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler