jpnn.com - JAKARTA--Mulai tahun depan pemerintah akan menerapkan penguatan pendidikan karakter di tingkat SD dan SMP.
Konsekuensinya, baik siswa maupun guru akan lebih lama di sekolah.
BACA JUGA: Sekolahnya Ada, Muridnya Tidak Ada, Hanya Babi dan Anjing Berkeliaran
"Siswa dan guru setiap harinya delapan jam berada di sekolah. Namun, bukan berarti delapan jam itu tatap muka di kelas. Sebagian besar jam belajar dihabiskan di luar kelas," kata Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy, Selasa (8/11).
Dalam pendidikan karakter, guru harus mendampingi siswa delapan jam selama lima hari.
BACA JUGA: 90 Persen Bebas Buta Aksara
Dengan demikian, 40 jam waktu siswa dan guru dihabiskan di sekolah.
Menurut Muhadjir, waktu tersebut akan terasa kurang bila guru sudah mendapatkan metode pembelajaran yang pas untuk anak didiknya.
BACA JUGA: Ribuan Guru Garis Depan Harus Bersabar
Terutama agar bisa membuat anak tidak cepat bosan dan justru betah.
"Saya yakin, kalau metodenya pas, anak-anak akan lebih suka di sekolah. Itu sebabnya tidak ada lagi PR di rumah karena sudah dikerjakan di sekolah. Sabtu dan Minggu, sekolah diliburkan. Selain itu pendidikan ekstrakurikuler dan intrakurikuler posisinya sama-sama penting," terangnya.
Mantan rektor Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) ini membantah bila hak-hak siswa dan guru dirampas karena waktu bersama keluarga lebih sedikit.
"Ya tidak berkurang. Anak-anak dan guru-guru bisa full bersama keluarganya di hari Sabtu dan Minggu. Itu sebabnya, tidak boleh ada PR atau lainnya agar dua hari libur itu bisa dimaksimalkan," tandasnya. (esy/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Mendikbud: Belajar Sejarah Lebih Mudah dengan Metode Role Play
Redaktur : Tim Redaksi