Ini Alasan SBY dan Prabowo Tetap Dipertahankan jadi Ketum

Senin, 12 Januari 2015 – 21:46 WIB
Susilo Bambang Yudhoyono dan Prabowo Subianto. Foto: istimewa

jpnn.com - JAKARTA - Para elit partai politik mengaku sadar bahwa regenerasi penting bagi kelangsungan eksistensi mereka. Namun, untuk melakukannya bukan hal yang mudah dan butuh pengorbanan besar.

Soliditas partai menjadi alasan mereka tetap mempertahankan figur lama untuk memimpin partai. Pasalnya, hanya di bawah kepemimpinan figur inilah elemen-elemen di dalam partai bisa menjadi suatu kesatuan yang solid.

BACA JUGA: Pemerintah Dicurigai Tak Pernah Jalankan Rekomendasi KNKT

Salah satu contohnya adalah Partai Demokrat yang tidak bisa lepas dari Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), sang ketua umum. Alasannya, hanya SBY lah yang mampu mencegah perpecahan partai lambang segitiga mercy itu.

"Tokoh yang dibutuhkan adalah pemersatu, yang mampu membawa kita berkiprah kembali di 2019," kata Max dalam diskusi di Gedung DPR, Jakarta, Senin (12/1).

BACA JUGA: Janjikan Layanan Kesehatan untuk Masyarakat Semakin Baik

Demokrat memang telah mencoba menyerahkan tampuk kepemimpinan ke orang lain, yaitu Anas Urbaningrum. Tapi hasilnya terjadi konflik internal yang berdampak pada merosotnya elektabilitas partai.

Max mengatakan, menghadapi persaingan Pemilu 2019 yang diprediksi bakal ketat, Demokrat tidak bisa mengambil resiko terjadinya perpecahan lagi. "Jadi regenerasi tetap ada tapi untuk saat ini yang dibutuhkan tokoh pemersatu," jelasnya.

BACA JUGA: Menteri Jonan Rombak Pejabat, Pelantikan Berlangsung Tertutup

Hal senada dikatakan Sekjen Partai Gerindra Ahmad Muzani. Dikatakannya, figur yang bisa menyatukan partai tidak lahir begitu saja. Butuh proses yang panjang dan tidak mudah.

Di sisi lain, soliditas adalah harga mati jika sebuah partai ingin eksis di kancah politik nasional. Karena itu, banyak partai yang memilih jalan pintas dengan mempertahankan figur senior yang terbukti mampu jadi pemersatu.

"Kami tentu tidak ingin korbankan masa depan kami demi regenerasi atau modernisasi," ujarnya.

Meski begitu, lanjut Muzani, Gerindra sepenuhnya sadar bahwa ketergantungan pada satu tokoh tidak mungkin bisa bertahan. Karena itu, pembinaan kader tetap dilakukan partai pimpinan Prabowo Subianto tersebut.

"Seseorang pasti suatu saat habis, paling tidak karena usia. Kami anggap sekarang proses transisi, sehingga ditinggalkan kami siap. Karena itu lapis kedua tugasnya siapkan sistem," pungkasnya. (dil/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Presiden Minta Tentara tak Tergantung Alutsista Impor


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler