jpnn.com - Elektabilitas pasangan calon gubernur dan wakil gubernur Jawa Barat (Jabar) Dedi Mulyadi-Erwan Setiawan makin moncer di Pilgub Jabar.
Hasil survei Indikator Politik Indonesia pada 3-12 Oktober lalu mencatat elektabilitas Dedi-Erwan unggul jauh (75,7%) dibanding tiga kompetitornya, yakni pasangan Ahmad Syaikhu-Ilham Habibie (13,8%), Acep Adang-Gitalis (4,2%), dan Jeje-Ronald (2,7%).
BACA JUGA: Pilgub Jabar: Gita KDI Perkenalkan Program Unggulannya
Direktur Eksekutif Indikator Politik Burhanuddin Muhtadi saat memaparkan hasil surveinya, Senin (14/10), menyampaikan alasan mengapa tingkat keterpilihan Dedi Mulyadi-Erwan Setiawan cukup tinggi.
Burhan mengatakan salah satu yang membuat elektabilitas Dedi-Erwan meroket adalah adanya endorsement Prabowo Subianto yang luar biasa.
BACA JUGA: Polda NTT Ungkap Dosa Ipda Rudy Soik Pengungkap Mafia BBM yang Dipecat
Dia mencontohkan seperti di tahun 2018, Sudrajat-Syaikhu atau pasangan 'Asik' juga mendapat dukungan Prabowo yang punya tagline 2019 ganti presiden.
"Gerindra dan PKS all out dan Jabar selalu menangkan Prabowo. Sekarang giliran Demul di-endorse Prabowo," Burhan.
BACA JUGA: Taufik Hidayat juga Datang ke Kediaman Prabowo Subianto
Analisis tersebut diamini Direktur Eksekutif Lembaga Survei Indonesia (LSI) Djayadi Hanan. Dia menilai endorsement Prabowo menjadi salah satu faktor penyebab moncernya elektabilitas Dedi Mulyadi.
Selain itu, ada faktor-faktor lain yang menjadi kekuatan mantan Bupati Purwakarta itu. Misalnya, ketokohan yang begitu kuat, kekuatan partai pendukung, serta sosialisasi yang masif.
"Dari segi ketokohan saja jomplang sekali dengan tiga lawannya. Dilihat dari kedikenalan dan kedisukaan, juga citra personalnya cukup jauh. Ini yang membuat Dedi Mulyadi dominan,' ujar Djayadi.
Tercatat bahwa tingkat kedikenalan Dedi Mulyadi menurut survei sebesar 93,3% dengan kedisukaan mencapai 93,2%. Sementara rivalnya, Ahmad Syaikhu kedikenalan 13,1% dan kedisukaan 75%, Acep dan Jeje bahwa di bawah Syaikhu.
Faktor lainnya menurut Djayadi, keterlambatan dari lawan-lawan politik Dedi di Jabar dalam bergerak, sehingga mereka kesulitan menaklukkan luasnya wilayah provinsi, serta kompleksitas sosiokultural di bumi parahyangan.
"Mereka very late start, sangat lambat star-nya. Sementara Dedi terus mempersiapkan diri dengan pendekatan-pendekatan human interest," ucap Djayadi.
Sementara itu, pakar komunikasi politik Karim Suryadi menilai bila tidak ada gempa politik di Jabar, akan sulit mengubah tingginya elektabilitas Dedi Mulyadi-Erwan Setiawan menjelang Pilkada serentak.
"Selama tidak ada muncul angsa hitam. politik hijrah, ekonomi atau apa, Dedi Mulyadi tetap akan dominan," kata dia.
Menurut Prof Karim, Pilgub Jabar ini sangat mirip dengan Pilpres 2024. Di mana Golkar solid mendukung Prabowo, juga mendukung Dedi yang kini sudah bukan menjadi kadernya. Di sisi lain, PKB dan PKS juga konsisten di jalur perubahan.
"Saya kira ini juga yang membuat pemilih PKB dan PKS di Jawa Barat belum solid, karena mereka bingung. Di pusat mendukung penuh Prabowo sedangkan di Jawa Barat berbeda," tutur Karim.
Karim menambahkan, tingginya elektabilitas Dedi Mulyadi adalah buah kerja keras yang bersangkutan dalam menjaga popularitas selama menjadi anggota DPR setelah kalah di Pilgub 2018 lalu.
"Hasil survei ini melambangkan keringat yang sudah dikeluarkan. Bagaimana Dedi Mulyadi muncul di berbagai platform media sosial, balihonya juga di mana-mana,' ucapnya.(fat/jpnn)
Kamu Sudah Menonton Video Terbaru Berikut ini?
Redaktur & Reporter : M. Fathra Nazrul Islam