jpnn.com - Merkuri merupakan logam berat yang secara alami berada di lingkungan, namun memiliki sifat toksik (racun). Jika pengunaannya tidak dikontrol, merkuri sangat berbahaya bagi kesehatan dan lingkungan.
Setiap orang punya kesempatan terpapar merkuri, karena merkuri bisa masuk ke dalam tubuh melalui kulit saat menyentuh benda yang mengandung merkuri. Merkuri juga terdapat di dalam udara, sehingga bisa masuk ke dalam tubuh saat bernapas.
BACA JUGA: Susu Hamil atau UHT, Mana yang Lebih Baik?
Ada pula beberapa makanan atau minuman yang mengandung merkuri, jadi saluran pencernaan juga rentan terpapar merkuri.
Di samping itu, saat merkuri yang tersebar di udara masuk ke dalam air laut maupun sungai, komposisi bakteri yang ada di laut berubah menjadi methlymercury (yang bersifat beracun). Biota yang ada di laut punya kemungkinan menyerap kandungan methylmercury dari makanan yang mereka makan. Merkuri juga bisa didapatkan di tanah, tanaman, atau hewan.
BACA JUGA: Obesitas saat Hamil, Apa Risikonya?
Lantas saat hamil, Anda bisa jadi tepapar methlymercury. Kandungan tersebut bisa masuk ke dalam tubuh, lalu menembus plasenta, kemudian masuk ke dalam peredaran darah janin. Bahkan, kandungan methlymercury di peredaran darah janin bisa jadi lebih tinggi dibandingkan di dalam tubuh ibu.
Menurut EPA (Enviromental Protection Agency), merkuri bisa menyebabkan gangguan pada janin seperti gangguan perkembangan otak janin, gangguan sistem saraf pusat, dan gangguan fungsi kognitif.
BACA JUGA: Penggunaan Ponsel pada Ibu Hamil Berbahaya Bagi Calon Bayi?
Selain itu, gangguan bicara, gangguan motorik, gangguan penglihatan, ukuran kepala mengecil, cerebral palsy, dan retardasi mental juga mungkin terjadi pada janin.
Meski risiko terpapar merkuri bisa terjadi dari konsumsi makanan laut, Anda tidak disarankan untuk menghentikan asupan makanan laut saat sedang hamil. Sebab, makanan laut mengandung nutrisi yang sangat penting untuk perkembangan janin, seperti omega-3 dan protein.
Anda hanya perlu membatasi konsumsi beberapa makanan laut yang berpotensi terpapar merkuri. Berikut beberapa panduan dari EPA untuk ibu hamil dalam mengonsumsi makanan laut seperti dilansir dari klikdokter:
Sebaiknya mengonsumsi makanan laut dengan kadar merkuri yang rendah, seperti kerang, ikan tuna kaleng, dan salmon, tidak lebih dari 12 ons per minggu.
Menghindari makanan yang mengandung ikan paus, ikan paus pedang, dan makarel saat hamil. Sebab, makanan laut tersebut memiliki kandungan merkuri yang sangat tinggi.
Methlymercury yang sudah terlanjur masuk ke dalam tubuh dan tersebar di berbagai organ tubuh ibu hamil akan tersimpan selama 80 hari, baru kemudian akan keluar melalui urine atau feses.
Nah, jangka waktu yang lama itu yang bisa berdampak kepada janin. Jika ragu mengonsumsi makanan laut tertentu, Anda bisa menanyakannya lebih lanjut dan mencari tahu tingkat keamanannya kepada dokter kandungan Anda.(BA/RVS)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Langkah Warga Meninggalkan Merkuri Diapresiasi
Redaktur & Reporter : Yessy