Ini Bukti Produksi Pangan Meningkat

Jumat, 09 Maret 2018 – 15:54 WIB
Prima Gandhi. Foto: Humas Kementan for JPNN.com

jpnn.com, BOGOR - Penduduk Indonesia tahun 2018 diproyeksikan berjumlah 265 juta jiwa. Dengan kata lain meningkat 12,8 juta jiwa dibanding tahun 2014 sejumlah 252,2 juta jiwa (BPS).

“Ini berarti setiap tahun penduduk bertambah 3,2 juta jiwa atau tumbuh 1,27 persen pertahun dan secara makro pasti meningkatkan kebutuhan pasokan pangan pokok,” demikian disampaikan Akademisi dari Institut Pertanian Bogor (IPB), Prima Gandhi di Bogor, Jumat (9/3/2018).

BACA JUGA: FAO Apresiasi Kinerja Kementerian Pertanian

Lebih lanjut dosen Ekonomi Sumberdaya dal Lingkungan IPB itu mengatakan jika tidak ada diversifikasi pangan pokok non beras maka dalam kurun waktu empat tahun 2014-2018 setidaknya dibutuhkan pasokan beras konsumsi dan lainnya sekitar 1,77 juta ton beras. Jumlah ini setara dengan produksi 2,82 juta ton Gabah Kering Giling (GKG).

“Seiring pertambahan penduduk, kan konsumsi beras tiap tahun naik dan tercukupi. Hitungan logika sederhana saja tanpa melihat data produksi-konsumsi, Ini kan membuktikan ketercukupan pangan pokok dalam negeri meningkat,” katanya.

BACA JUGA: Pekan Depan Giliran Sumbawa Ekspor Jagung

“Kalau produksi tidak meningkat dan tiada upaya diversifikasi pangan dipastikan empat tahun terakhir akan impor 3 hingga 4 juta ton beras,” tambahnya.

Selain itu kata Gandhi, produksi pangan juga terkonfirmasi dengan adanya nilai tambah output tercermin dari tumbuhnya PBD pertanian setiap tahunnya.

BACA JUGA: Menteri Amran Lepas Ekspor 60 Ribu Ton Jagung ke Filipina

Hal yang menarik juga bahwa dengan upaya produksi pemerintah, Indonesia di tahun 2017 juga sudah ekspor beras lebih dari 4 ribu ton.

“Tidaknya hanya beras, Indonesia baru/baru ini di 2018, sudah ekspor jagung dari Gorontalo dan Makassar. Direncanakan juga segera ekspor dari NTB yang berjumlah ratusan ribu ton,” ungkapnya.

Terkait data di atas, Gandhi menilai data memang penting dalam membuat suatu kebijakan skala makro dan mikro. Akan tetapi jangan data dijadikan kambing-hitam.

“Data resmi yang dimiliki pemerintah saat ini adalah acuan yang harus dimaksimalkan dalam membuat kebijakan,” terangnya.

Karena itu, Gandhi menegaskan untuk mengambil kebijakan pangan, pemerintah harus jeli dan cermat dalam menggunkan data yang ada, karena ketersediaan pangan harus diputuskan cepat (saat ini)/ jangka pendek. Sementara data solusi masalah penga sifatnya jangka menengah.

“Untuk itu kita beri kesempatan dan waktu bagi BPS untuk meningkatkan kualitas data pangan ke depan,” tegasnya.

"Dari pada mengkambinghitamkan data pangan lebih baik kita melihat sejauh mana peningkatan produksi dan diversifikasi pangan ini membuat kesejahteraan petani meningkat. Buktinya dari data BPS, jumlah penduduk miskin 3 tahun terakhir menurun. Tahun 2015 sebanyak 1.78 juta jiwa, 2016 turun 1.72 juta jiwa dan 2017 turun lagi sebanyak 16,31 juta jiwa,” tutup Gandhi. (adv/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Kementan Pakai Bioteknologi Kembangkan Genetik Sapi Kembar


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler