jpnn.com, JAKARTA - Pemerintah Indonesia terus berkomitmen untuk menciptakan ekosistem logistik yang makin efisien.
Program besar National Logistic Ecosystem (NLE) yang telah diluncurkan merupakan upaya nyata dalam mewujudkan cita-cita tersebut.
BACA JUGA: National Logistic Ecosystem, Sinergi Pemerintah Mendorong Integrasi Pelayanan
Upaya percepatan implementasi NLE juga telah dilakukan oleh berbagai instansi, salah satunya Bea Cukai yang bersinergi dengan lembaga lain.
NLE adalah ekosistem logistik yang menyelaraskan arus lalu lintas barang dan dokumen internasional sejak kedatangan sarana pengangkut hingga barang tiba di gudang.
BACA JUGA: Sosialisasi Aturan Pabean, Bea Cukai Menyasar Masyarakat, UMKM, dan Anggota TNI
NLE berorientasi pada kerja sama antarinstansi pemerintah dan swasta, melalui pertukaran data, simplifikasi proses, penghapusan repetisi dan duplikasi.
Selain itu, didukung oleh sistem teknologi informasi yang mencakup seluruh proses logistik terkait dan menghubungkan sistem-sistem logoistik yang telah ada.
BACA JUGA: Meluncurkan Batam Logistic Ecosystem, Begini Harapan Pak Luhut Pandjaitan
Bea Cukai Belawan memaparkan inovasi yang telah dilakukan guna mendukung implementasi NLE di tempat itu saat pertemuan yang membahas percepatan implementasi Inpres 5 Tahun 2020 di lingkup PT Pelabuhan Indonesia I.
Kepala Kantor Bea Cukai Belawan Tri Utomo Hendro Wibowo, pihaknya telah melakukan berbagai terobosan untuk mendorong percepatan implementasi NLE.
“Melalui serangkaian kegiatan kerja sama dengan instansi kepelabuhan, banyak rencana yang telah berhasil direalisasikan. Salah satu yang telah berhasil dan terbukti telah memangkas banyak waktu dan birokrasi adalah Single Submission Quarantine-Customs (SSm-QC)," katanya.
SSm-QC memungkinkan dilakukannya pemeriksaan kepabeanan dan karantina secara terpadu hanya dengan mengajukan 1 dokumen. Selain SSm-QC, terdapat tiga program inisiatif yang tengah dalam pengembangan dan penyempurnaan yaitu SP2 Online, SSm-Pengangkut, dan DO Online.
Sekertaris Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Agung Kuswandono dalam pertemuan tersebut mengatakan bahwa yang membuat Indonesia kalah adalah miss-management.
Belum solidnya pemeriksaan dan perizinan di negara ini membuat costs of logistics yang tinggi.
Saat ini, sosts of logistics Indonesia berada di angka sekitar 23 persen, sedangkan Jepang hanya 4-5 persen.
Selain logistics costs, Indonesia juga memiliki ease of doing business yang lebih rendah dibanding negara-negara tetangga.
“Kita bisa, asal kita mau membuka diri dan tidak takut dikritik. Kalau memang merasa lemah ya harus kita perbaiki. Saya ingatkan kembali bahwa NLE ini bukan mengubah sistem logistik yang sudah ada, hanya mengintegrasikan dan mengkolaborasikan,” ujar Agung.
Saat ini Belawan merupakan salah satu pelabuhan besar di Indonesia yang menjadi titik arus lalu lintas barang masuk dan keluar daerah pabean.
Diharapkan dengan dirancangnya strategi penerapan NLE di Pelabuhan Belawan ini dapat secara signifikan mengurangi waktu lalu lintas barang impor dan ekspor barang.
Selain itu, juga mempermudah pengguna jasa dalam melakukan pengurusan dokumen-dokumen logistiknya.
Sinergi percepatan implementasi NLE tidak hanya ditunjukkan di Pelabuhan Belawan tetapi juga Pelabuhan Tanjung Emas.
Penataan NLE ini masih terus ditingkatkan, mengingat pentingnya percepatan program ini untuk menekan biaya logistik yang tinggi serta peningkatan performa logistik di Pelabuhan Tanjung Emas.
Diharapkan implementasi ini, dapat mengurai kompleksitas perizinan impor, ketersediaan fast and track dan kemudahan akses layanan logistik.
“Kolaborasi merupakan kunci utama dari kesuksesan penataan NLE ini, tak hanya dari pihak pemerintah namun seluruh stakeholder di Pelabuhan Tanjung Emas," kata Kepala Kantor Bea Cukai Tanjung Emas Anton Martin.
Menurutnya, efisensi logistik ini dapat mewujudkan kemudahan dalam proses impor terkait mesin, bahan baku dan ekspor terkait produknya.
"Sehingga menjadi salah satu kunci utama daya tarik investasi di Indonesia," ungkap Anton. (*/jpnn)
Redaktur & Reporter : Boy