Ini Cara Mendongkrak Indonesia jadi Produsen Ekspor Udang Terbesar di Dunia

Minggu, 06 Februari 2022 – 09:56 WIB
Ilustrasi tambak udang. Foto: dok Delos

jpnn.com, JAKARTA - Pasar ekspor komoditi hasil laut berupa udang terus meroket meski pandemi covid-19 secara global belum berakhir. 

Memiliki kontur geografis yang mayoritas maritim, Indonesia tentunya memiliki potensi besar dalam andil sebagai produsen udang skala besar.

BACA JUGA: Ini Keunggulan Aplikasi Aquahero, Khusus untuk Membantu Petambak Udang

Apalagi kini, ekspor udang di pasar Amerika Serikat tidak lagi memberlakukan bea masuk bagi semua negara eksportir. Dengan tren positif itu, menjadi peluang Indonesia untuk menggenjot nilai tersebut.

Startup aquatech Indonesia, DELOS, sangat antusias dengan peluang ini dan yakin bahwa Indonesia mampu melampaui negara pengekspor terbesar udang selama ini yang diduduki oleh India, Ekuador, dan Vietnam.

BACA JUGA: Petani Tambak Udang Kini Bisa Mendapat Bantuan Ahli Lewat Aplikasi Delos

Data dari National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) Fisheries membukukan nilai impor udang asal Indonesia ke Amerika pada periode Januari – April 2021 lalu saja sebesar USD 503,8 juta (24,1 %) dengan volume 58,0 ribu ton (23,5%).

Revolusi biru yang dicanangkan oleh Delos bermuara pada inovasi produksi baik dari hulu hingga menuju hilir distribusi, supaya produk udang yang dihasilkan memiliki nilai saing yang tinggi.

BACA JUGA: Komite II DPD RI Sebut Tambak Udang di Aceh Timur Bisa Angkat Ekonomi Masyarakat

Harapannya, pangsa pasar udang Indonesia di pasar dunia akan menjadi jauh lebih tinggi persentasinya. Melalui peningkatan produksi yang signifikan, otomatis demand pasar ekspor akan mampu dipenuhi oleh udang Indonesia.

Tidak muluk-muluk, Delos berharap dengan Revolusi Biru, akan mampu membawa Indonesia di puncak teratas negara penghasil udang terbesar dengan nilai produksi yang jauh melampaui USD 2 milyar/tahun.

CEO Delos, Guntur Mallarangeng, punya alasan tersendiri akan pandangan optimistisnya tentang peluang Indonesia mampu menjadi pengekspor udang terbesar dunia.

Pasalnya, ada lebih dari 50% industri tambak udang nusantara yang belum disentuh secara serius.

“Bahkan nilainya lebih dari setengah  keseluruhan nilai hasil kelautan saat ini. Bayangkan jika potensi itu digunakan sepenuhnya, Indonesia akan menjadi nomor satu. Dengan garis pantai sepanjang 54.000 km, sumber daya manusia pesisir yang melimpah, serta iklim tropis yang menunjang, seharusnya Indonesia mampu menjadi pemimpin global untuk akuakultur yang berkelanjutan,” ujarnya dalam siaran pers. 

Delos yang berangkat dari tambak udang konvensional Dewi Laut Aquaculture (DLA) dan sekaligus perwujudan digitalisasi dari Alune Aqua, berharap bisa membantu para petambak udang nusantara berevolusi biru menuju modernisasi tambak. 

Diharapkan industri yang didominasi oleh cara tradisional dan terfragmentasi, dapat bertransformasi  menjadi tambak modern dan sistematis berbasis ilmiah.

DELOS memadukan ilmu pengetahuan, teknologi, dan praktik manajemen yang baik untuk meningkatkan produktivitas tambak udang dan meningkatkan hasil di atas rata-rata, mendekati 40 ton/ha.

Guntur mengatakan dengan teknologi mutakhir dan tim dari multi-disiplin ilmu, yang merupakan cakupan dari akuakultur, biologi kelautan, teknologi, dan bisnis, bisa menjadi solusi. 

Melalui perpaduan lengkap itu, Delos yakin akan mampu mendukung agenda nasional pemerintah Indonesia untuk mendorong pertumbuhan ini dengan tetap menjaga stabilitas Sosial, Ekonomi, dan Environmental (SEE).

“Inilah Revolusi Biru yang ingin kami gaungkan untuk tambak udang nusantara dapat maju bersama.  DELOS berusaha untuk meningkatkan pengalaman, jaringan, dan IP-nya, sistem manajemen tambak lengkap yang diteliti dan dikembangkan secara internal untuk meningkatkan kapasitas produktif dan hasil tambak udang Indonesia yang ada, sebesar 50-150 %.  Dengan menciptakan nilai lebih bagi petambak, meningkatkan volume ekspor nasional, dan mencuatkan reputasi Indonesia sebagai negara akuakultur terkemuka dunia,” ujar Guntur. (flo/jpnn)


Redaktur & Reporter : Natalia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler