jpnn.com, JAKARTA - Pandemi COVID-19 memicu para dosen mengatur strategi untuk memenuhi capaian pembelajaran mata kuliah (CPMK). Dewan Penasihat Asosiasi Program Studi Teknologi Pendidikan Indonesia (APS-TPI) Dr Uwes Anis Chaeruman mengatakan, CPMK sangat dibutuhkan agar mahasiswa mampu mendapatkan hasil memuaskan di akhir perkuliahan.
"Di masa pandemi, para dosen harus mencari strategi tepat untuk diiaplikasikan salah satunya metode e-learning," kata Uwes dalam dalam webinar dengan Langkah Sukses Memenuhi CPMK, besutan SEVIMA, Kamis (26/11).
BACA JUGA: 6 Rekomendasi P2G soal Perpanjangan PJJ, Ada Dua Poin untuk Menteri Nadiem
Dijelaskan Uwes, banyak orang mengira, sistem pembelajaran online dilakukan karena adanya pandemi. Anggapan itu kurang tepat. Sebab, sistem pembelajaran online atau pembelajaran jarak jauh (PJJ) sudah direncanakan sejak 2013 sebagai salah satu potret pembelajaran di masa mendatang.
Uwes yang menulis buku tentang pembelajaran online berjudul PEDATI (Pembelajaran Daring Perguruan Tinggi) membagi metode e-learning dalam dua jenis: synchronous learning dan asynchronous learning. Pembahasan perkuliahan secara langsung, baik melalui live synchronous learning (tatap muka) dan virtual synchronous (tatap maya).
BACA JUGA: Banyak Keluhan dari Orang tua, Setuju Pembelajaran Jarak Jauh Dievaluasi?
Sedangkan asynchronous merupakan metode pembelajaran yang memanfaatkan teknologi modern, seperti aplikasi dan fitur-fitur tertentu. Asynchronous dibagi menjadi dua, yaitu self directed asynchronous dan collaborative asynchronous.
Self directed asynchronous merupakan metode pembelajaran yang bisa dilakukan secara mandiri. Selain itu metode pembelajaran ini bisa diakses di mana saja dan kapan saja.
BACA JUGA: AHY: Lanjutkan Tradisi Kemenangan
Menurut Uwes, metode pembelajaran ini sangat cocok untuk diaplikasikan selama masa pandemi. Bahkan sangat cocok digunakan untuk memenuhi kriteria capaian pembelajaran.
Sedangkan collaborative asynchronous adalah metode pembelajaran yang bisa dilakukan untuk belajar dan bertukar pikiran dengan satu dengan yang lain melalui media digital.
"Dengan menggunakan metode ini, dosen dan mahasiswa akan lebih mudah melakukan diskusi dan kolaborasi untuk bertukar pikiran," terangnya.
Menurut Uwes, untuk mengatasi kebosanan tersebut, pengajar bisa menggunakan metode yang lebih menyenangkan saat mengajar, sepertii virtual synchronous, self directed asynchronous, dan collaborative asynchronous.
Uwes menambahkan, jika dosen cenderung memilih cara untuk menstimulasikan pengalaman nyata, metode synchronous amat disarankan. Bila dosen menginginkan pembelajaran yang lebih fleksibel, metode asynchronous bisa diterapkan.
Pada kesempatan sama Syarif Iqbal, dosen Hubungan Internasional mengatakan, menemukan metode yang tepat untuk mahasiswa tidaklah semudah membalikkan tangan. Dosen harus melakukan research sebelum mengajar.
Iqbal memilih cara pendekatan sesuai kategori generasi kepada mahasiswanya. Cara ini dimaksud untuk melebur gap yang sering dihadapi, di antaranya gap sosial, teknologi, budaya, ekonomi, dan pendidikan.
Aktivitas pembelajaran online telah diimplementasikan dengan baik di kampus IAIN Parepare sejak 2010. Media pembelajaran yang digunakan oleh kampus ini adalah Edlink, yang merupakan salah satu media pembelajaran inovatif karya anak bangsa keluaran SEVIMA.(esy/jpnn)
Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad