jpnn.com - SUKOHARJO – Pondok Pesantren (Ponpes) Al Mukmin Ngruki di Grogol, Sukoharjo masih sering dikaitkan dengan isu-isu terorisme. Bahkan ada yang menyebut ponkok yang didirikan Ustaz Abu Bakar Ba’asyir sebagai tempat menggembleng para teroris.
Stigma itulah yang perlahan-lahan kini hendak dihapus oleh pengasuh Ponpes Al Mukmin. Untuk itu, ratusan santri pondok pesantren yang terletak di Desa Cemani, Grogol, Sukoharjo itu mengikuti pendidikan Pancasila, Jumat (15/4).
BACA JUGA: Puluhan Petugas Lapas Cilegon Tes Urine, Hasilnya...
Staf Ahli Menteri Dalam Negeri Bidang Hukum dan Kesatuan Bangsa, Didik Suprayitno mengatakan, pihaknya sebenarnya sudah lama menggelar kegiatan aktualisasi nilai-nilai Pancasila bagi komunitas berbasis keagamaan. Menurutnya, justru setelah era Reformasi ternyata nilai-nilai Pancasila terus tergerus.
”Tergerusnya nilai luhur Pancasila karena faktor kebebasan, begitu pesatnya informasi yang bisa diakses melalui internet. Banyaknya tawuran pelajar dan mahasiswa. Maka, kita buat kegiatan ini,” paparnya.
BACA JUGA: Kisah Suami yang Diguna-guna Mertua, Lihat Istri Seperti Monyet
Didik menjelaskan, mulanya kegiatan itu digelar di perguruan tinggi. Selanjutnya diperluas ke lingkungan berbasis agama.
Ia menegaskan, Ponpes Al Mukmin bukan satu-satunya pesantren yang didatangi oleh Kemendagri. Sebelumnya, utusan kementerian yang dipimpin Tjahjo Kumolo itu juga membuat kegiatan serupa di Nusa Tenggara Barat (NTB), Tangerang dan komunitas Hindu di Bali.
BACA JUGA: Kobarkan Perlawanan, Loyalis Djan Faridz Pasang Iklan Jumbo
Didik menambahkan, mulanya Kemendagri memang menawarkan ke Ponpes Al Mukmin untuk menjadi lokasi kegiatan itu. Ternyata pengasuh pondok menyetujuinya.
”Kami yang menawarkan kepada Ponpes Al Mukmin untuk mengadakan kegiatan ini dan mereka setuju. Bahkan sudah tiga kali digelar,” papar dia.
Sementara Direktur Ponpes Al Mukmin Ngruki, Ustaz Wahyudin mengatakan, ada seratusan siswa yang mengikuti kegiatan ini. Ia menegaskan bahwa Ponpes Al Mukmin bukanlah lingkungan eksklusif yang tertutup dari pihak luar.
”Kita dari dulu terbuka, mereka (orang-orang luar) saja yang mengganggap kami harimau. Padahal, kucing saja tidak,” katanya.(yan/bun/jpg/ara/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kisah Donjuan yang Ogah Dijodohkan, Kini Hidup Berantakan
Redaktur : Tim Redaksi