jpnn.com - JAKARTA – Menteri Perhubungan Ignasius Jonan membeber situasi detik-detik terakhir sebelum pesawat AirAsia QZ8501 jatuh ke laut, Minggu, 28 Desember 2014.
Dalam forum rapat dengar pendapat Kementerian Perhubungan dengan Komisi V DPR itu, Selasa malam, Jonan mengungkapkan bahwa pesawat berpenumpang 162 orang tersebut memang melakukan beberapa manuver di luar kewajaran.
BACA JUGA: Senator Minta Honorer K2 Tua Diangkat jadi PPPK
Informasi pertama yang diberikan Jonan adalah AirAsia naik dengan kecepatan tidak wajar alias di atas batas normal, yakni 1.400 kaki per menit, 6 detik setelah melakukan manuver ke kiri.
Seperti diberitakan, AirNav Indonesia pada Senin (29/12) menyampaikan bahwa manuver ke kiri diminta pilot karena cuaca buruk dan memang telah diizinkan menara pemantau lalu lintas udara atau air traffic controller (ATC) Bandara Soekarno-Hatta.
BACA JUGA: Diserang dari Tiga Penjuru, Ini Reaksi Para Bos KPK
Setelah bermanuver ke kiri, pilot kembali berkomunikasi dengan ATC, meminta izin untuk menaikkan ketinggian pesawat dari 32 ribu ke 38 ribu kaki. Saat itu pukul 06.12 WIB. Permintaan Kapten Iriyanto tak lantas dikabulkan karena ATC harus mengecek lebih dahulu posisi pesawat-pesawat lain yang berada di sekitar QZ8501.
QZ8501 diminta menunggu dalam posisi stand by. Misteri dimulai di detik-detik tersebut. Menurut Jonan, pada detik itulah QZ8501 mendadak naik dengan kecepatan 1.400 kaki per menit. Lima belas detik kemudian, menurut Jonan, pesawat sudah berada di ketinggian 33.700 kaki –bertambah 1.700 kaki dari posisi semula di 32.000 kaki.
BACA JUGA: Menteri Yasonna Ikut Keroyok KPK?
Saat itu kecepatan pesawat 6.000 kaki per menit. Hal tersebut membuat Jonan terheran-heran. ”Pesawat tempur saja jarang yang bisa naik dengan kecepatan seperti itu,” kata dia.
Sembilan detik kemudian, kecepatan pesawat bahkan sudah mencapai 11.100 kaki per menit. Tiga belas detik selanjutnya, pesawat berada di ketinggian 36.700 kaki. Itu adalah titik puncak ketinggian QZ8501 sebelum akhirnya jatuh dengan kecepatan tinggi pula.
Enam detik setelah berada di ketinggian 36.700 kaki, pesawat turun 1.500 kaki, lalu turun lebih jauh 7.900 kaki hingga berada pada ketinggian 24.000 kaki, dan akhirnya tak lagi bisa terdeteksi radar.
”Jadi, pada menit-menit terakhir (sebelum menghilang dari radar), pesawat naik dengan kecepatan di atas batas normal, stop (di ketinggian 36.700 kaki), dan jatuh dengan kecepatan sangat tinggi. Itu data radar,” ujar Jonan.
Kendati demikian, Jonan masih belum berani berandai-andai atas penyebab dan posisi jatuhnya pesawat tipe Airbus itu. Dia meminta semua bersabar menunggu hasil penyidikan dari KNKT.
Apa yang terjadi sebenarnya dengan AirAsia QZ8501 sehingga tiba-tiba naik dengan kecepatan mengerikan, berhenti sesaat, dan akhirnya terjun bebas ke arah laut?
”Tunggu saja,” tegas Mardjono Siswosuwarno, kepala investigasi AirAsia yang ditunjuk KNKT. KNKT, menurut Mardjono, saat ini masih fokus menyelidiki sistem pesawat dan reaksi pilot akan cuaca buruk. (mia/c10/kim)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Lowongan Magang 50 Ribu Mahasiswa, jika Cocok Langsung jadi Karyawan
Redaktur : Tim Redaksi