Ini Dia Robinhood Pasar Senen, Lebih Tenar Ketimbang Bung Karno dan Hatta

Jumat, 04 September 2015 – 05:33 WIB
Mat Bendot duduk paling kanan, berkumpul bersama Bang Pi"i (tengah). Foto: Dok. Istimewa

jpnn.com - KABARNYA...ketika republik ini baru lahir, toko-toko di Pasar Senen tidak memajang foto Sukarno-Hatta. Melainkan foto Bang Pi’i dan Mat Bendot.

Bang Pi’i dan kisah hidupnya sudah seringkali disebut-sebut. Dia raja copet Pasar Senen yang diangkat jadi Menteri Keamanan Rakyat oleh Bung Karno. Nah, bagaimana dengan Mat Bendot? 

BACA JUGA: Ondeh Mandeh, Orang Ini yang Mendirikan Koran Pertama Di Pulau Sumatera

=======

Wenri Wanhar – Jawa Pos National Network

BACA JUGA: Daan Mogot Bukan Sekadar Nama Jalan, Inilah Pertempuran Terakhirnya

=======

Rencana Mat Bendot berjalan lancar. Dia berhasil menggerakkan kawan-kawannya membunuh Si Kebon, pimpinan bandit yang sangat ditakuti di kawasan Senen dan sekitarnya. 

BACA JUGA: Beginilah Konfrensi Pers Pertama Bung Karno, Diselingi Jurus Uji Kaki

“Sebelum dibunuh, jimat Si Kebon dicolong duluan sama bapak,” kenang Alamsyah (64), anak Mat Bendot. 

Aksi itu melambungkan nama Mat Bendot yang kala itu masih berusia belasan tahun. Dia tampil menjadi jagoan baru, mengganti kedudukan Si Kebon.  

“Sebelum Perang Dunia Kedua, Mat Bendot dikenal sebagai pemuda jagoan,” tulis Misbach Yusa Biran, suami bintang film Nani Widjaja dalam buku Kenang-Kenangan Orang Bandel

Misbach kenal Mat Bendot. Sebab, ketika kanak-kanak dia pernah berjualan majalah bekas di depan bioskop Senen.

Menurut cerita dia, waktu zaman Jepang Mat Bendot pernah jadi pengemudi truk dari Dinas Pengangkutan Batu Bara milik Jepang. Dan ketika perang kemerdekaan meletus, Mat Bendot mendirikan Laskar Rakyat Betawi. 

Aksi heroik Mat Bendot pada masa revolusi 1945 di kawasan Pasar Senen masih jadi buah bibir hingga hari ini. Dia memimpin pasukan bandit Senen menculik dan merampas senjata serdadu NICA. 

Orang-orang NICA Belanda yang berhasil diculik, dibantai di daerah Kramat Pulo Gundul. Sekarang jadi Puskesmas. Dulu di sana tanahnya agak tinggi. Luas, kayak lapangan bola. Itu kuburan massal tentara NICA,” kata Om Hendrik, tangan kanan Mat Bendot, ketika dijumpai di rumahnya di Tanah Tinggi, Senen.

Haji Adran (88), pengawal Mat Bendot menceritakan, selain terlibat dalam pertempuran di Jakarta, mereka juga berperang di Karawang sampai Cirebon. “Dulu kami sering bareng. Kemana-mana sama dia.” 

Menurut Adran, lakon kita ini dipanggil Mat Bendot karena tukang kawin. Nama aslinya Ahmad Bunyamin. Perjalanan hidupnya setali tiga uang dengan kakeknya, Mat Item. Mereka sama-sama jawara yang namanya besar di rantau. 

Mat Item kesohor di Rawa Belong, Mat Bendot terkenal di Pasar Senen. “Mereka aslinya orang Kampung Areman, Kelapa Dua, Depok.” 

Tandem Bang Pi'i 

Usai perang kemerdekaan Indonesia (1945-1949), Mat Bendot jadi tentara berpangkat letnan. Dia menjabat Komandan Bagian Chusus/Sub Seksi Keamanan Penguasa Perang Daerah Djakarta Raya dan Sekitarnya di Kodam 5 Lapangan Banteng. 

Menurut Misbach, sesudah perang orang-orang tak boleh lagi memanggilnya Mat Bendot. Melainkan Bang Amat B. 

Kendati sudah berseragam loreng, Mat Bendot tidak begitu saja meninggalkan kehidupan dunia hitam Jakarta. Dan masih seperti dulu, dia memainkan lakon bak Robinhood. 

Tanda tangannya sakti. Orang-orang kalau mau nonton bioskop di Senen, tinggal bawa memo bertanda-tangan Mat Bendot, bisa nonton gratis.

“Dia senang bantu orang susah. Saya kawin dipestain sama Bang Amat B. Jas yang saya pakai waktu nikah dikasih pemilik toko Terang Bulan gara-gara tanda tangan Bang Amat B,” ungkap Saiman (75), Ketua RT di wilayah Bungur, Senen. 

Kisah serupa juga diceritakan Om Hendrik. Pesta pernikahannya di Tanah Tinggi, Senen dirayakan tiga hari tiga malam oleh Mat Bendot. 

Mat Bendot minta pensiun dari ketentaraan pada awal 1960-an. Dia masuk Partai Murba dan menjadi tangan kanan Adam Malik. 

Pada masanya, Mat Bendot tandem maut Bang Pi’i, jagoan legendaris Pasar Senen yang sempat menjadi menterinya Bung Karno. Keduanya amat kesohor.   

“Saking sohornya, dulu toko-toko di Pasar Senen tidak memajang foto Bung Karno dan Bung Hatta. Tapi foto Bang Pi’i dan Mat Bendot,” kata Saiman, sesepuh masyarakat Bungur, Senen, Jakarta Pusat.

Keduanya nyaris selalu berdua. Bahkan, ketika menikah dan punya rumah, Mat Bendot dan Bang Pi’i tinggal bersebelahan di wilayah Bungur, Senen. 

Saking karibnya, keduanya saling memberi nama anak. “Saya dikasih nama Alamsyah oleh Bang Pi’i,” ujar anak Mat Bendot dari istri kesekian.

Namun apa hendak dikata...revolusi memakan anak kandungnya. 
 
Bang Pi’i tutup buku dalam penjara Orde Baru karena dituding Sukarnois. Dan Mat Bendot, berakhir “di tangan Pasukan Penembak Misterius,” ungkap Amurwani Dwi Lestari dalam Para Penuntut Balas: Jago dan Jagoan. Studi Kriminalitas di Jakarta 1945-1950.

Sementara Alamsyah mengatakan Mat Bendot sang ayah berpulang pada 1984 karena memang sudah tua. Makamnya bisa ditengok di TPU Kawi-kawi, Senen, Jakarta Pusat.   

Entah mana yang benar. Bagaimana pun, harimau mati meninggalkan belang. Hingga ini hari lakon Bang Pi’i dan Mat Bendot masih hidup. Masih jadi buah bibir. Menjadi kebanggan. Setidaknya di kalangan orang-orang Senen. (wow/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Misteri Salam Merdeka Ala Bung Karno


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler