Ini Dugaan Penyebab Banjir Bandang di Luwu Utara Menurut BNPB

Jumat, 17 Juli 2020 – 18:25 WIB
Personel Basarnas Kendari dan TNI Angkatan Darat Kodim 1417 Kendari mengevakuasi warga terjebak banjir di rumahnya, di Desa Puwanggudu, Kecamatan Asera, Konawe Utara, Sultra, Senin (22/). Foto: ANTARA/HO-HumasBasarnas/Jjn

jpnn.com, JAKARTA - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo membeberkan beberapa dugaan sementara penyebab banjir bandang yang melanda Masamba, Luwu Utara, Sulawesi Selatan pada 13 Juli 2020.

Doni Monardo menyampaikan itu usai melakukan tinjauan langsung lewat udara di sejumlah titik bencana banjir bandang, Luwu Utara, Jumat (17/7).

BACA JUGA: Banjir Bandang di Luwu Utara Telan 16 Korban Jiwa dan 23 Orang Hilang

"Yang pertama curah hujan yang sangat besar, sebab tercatat intensitas hujan antara 250 sampai 300 mm dalam waktu yang sangat singkat tanggal 12 dan tanggal 13 Juli 2020," katanya.

Menurut dia, jika kejadian ini akibat curah hujan yang terjadi pada tanggal 12-13 Juli tersebut akan dan sedang dilakukan analisa oleh tim BNPB yang sudah ditugaskan bersama tim dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) bersama Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dan juga beberapa kementerian lembaga yang lain.

BACA JUGA: Victoria Catat Rekor Penularan Corona, NSW Selidiki Tiga Kasus Misterius

"Sehingga mendapatkan kesimpulan nanti apa yang menjadi penyebab utama," tegasnya.

Kemudian kedua, kata dia, ia melihat ada sebagian dari Gunung Lero dan Gunung Maganrang bagian selatan mengarah Kota Masamba yang terkupas.

BACA JUGA: Ini Perintah Megawati Kepada 45 Calon Kepala Daerah dari PDIP

"Kalau itu sudah lama, biasanya pasti melihat ada tutupan sebagian dengan tanaman perdu misalnya, tanaman rambat misalnya. Tetapi kita perhatikan jarak jauh itu belum ada tutupan artinya itu masih baru," jelasnya.

Kemudian faktor yang lain adalah kawasan pegunungan tersebut adalah jenis bebatuan yang relatif gampang longsor. Sehingga ini menjadi catatan agar seluruh pemerintah, baik kabupaten dan provinsi agar daerah- daerah yang berada di wilayah kawasan bantaran sungai.

Terutama yang padat pemukiman penduduk sudah harus difikirkan mitigasinya. Agar kasus ini tidak terulang dan tidak lagi menimbulkan korban.

"Ibu Bupati (Indah Putri Indriani) mengatakan tahun 1982 awal itu juga pernah terjadi peristiwa seperti ini, hanya korbannya tidak sebanyak seperti ini," ujarnya. (antara/jpnn)


Redaktur & Reporter : Fajar W Hermawan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler