jpnn.com, JAKARTA - Keberhasilan proyek blockchain tidak bisa dilepaskan dari pertumbuhan harga token.
Harga token yang makin baik umumnya akan menambah popularitas proyek blockchain.
BACA JUGA: 4 Fakta soal Tarif PPN Aset Kripto yang Wajib Diketahui
Ada beberapa faktor yang memengaruhi harga token seperti faktor penawaran, permintaan hingga tokenomics.
Tokenomics adalah segala sesuatu tentang mekanisme cara kerja aset, serta kekuatan psikologis atau perilaku yang bisa memengaruhi nilainya dalam jangka panjang.
BACA JUGA: Sudah Tahu Belum? Aset Kripto dari Luar Negeri Kena Pajak Lho
Ini bisa jadi kekuatan pendorong bagi investor untuk berinvestasi dalam proyek, serta motivasi bagi tim pengembangan proyek.
Kepentingan kedua belah pihak harus seimbang, dan tokennomics harus dirancang dengan cara yang wajar dan terorganisir dengan baik.
BACA JUGA: Jual Beli Kripto Kena PPN dan PPh Mulai 1 Mei, Sebegini Tarifnya
Sebuah proyek dengan tokenomics yang baik memiliki potensi pertumbuhan jangka panjang karena menciptakan insentif untuk membeli dan menahan token.
Jadi faktor apa yang harus dipertimbangkan saat merancang tokenomics? berikut penjelasannya:
Pasokan dan distribusi token
Kelompok yang bisa memegang sejumlah besar token dengan harga dasar adalah tim pengembangan dan dana investasi yang berkontribusi pada proyek di tahap awal. Artinya daya jual yang besar akan datang di kelompok ini.
Apabila pembagian token di kelompok ini tidak diatur maka akan berdampak buruk bagi keseimbangan harga token dan tentunya membuat distribusi tidak adil.
Ini bukanlah sesuatu yang sesuai dengan tujuan blockchain yang terdesentralisasi.
Dari contoh rasio token, terlihat bahwa alokasi tertinggi hanya 15%. Terlihat masuk akal bukan? Tapi tidak sesederhana itu. Mari kita bedah satu persatu.
- Investor: Seed dan Swasta - 18%
- Tim pengembangan termasuk: tim eksekutif, penasihat, pengenalan ekosistem, pengembangan produk, pemasaran, operasi, penghargaan, cadangan umum - 71,5%
- Pembuat Pasar: perdagangan dan likuiditas - 8%
- Investor ritel: meningkatkan modal, mengumpulkan dana 2,5%
Ini berarti bahwa 97,5% token ada di tangan dana investasi dan tim pengembangan, dengan biaya dasar dari $0,02/token hingga hampir nol, dan mereka akan memiliki kendali penuh dari ekonomi token.
Proyek perlu dengan hati-hati menghitung jumlah token yang dialokasikan ke tim pengembangan untuk menciptakan momentum untuk pengembangan produk, tetapi pada saat yang sama membatasi kemungkinan pengaruhnya di pasar.
Selain itu menerapkan mekanisme penguncian token untuk tim pengembangan menetapkan jadwal bertahap untuk pembukaan kunci token bisa dilakukan, untuk menjaga komitmen dari tim supaya mereka tidak langsung menjual seluruh aset yang didapatkan dan membuat harga token jatuh dengan cepat.
Umumnya periode yang diterapkan 1-2 tahun.
Utilitas token
Token yang bagus adalah token yang memiliki kegunaan, ini akan menjadi faktor penting bagi calon pembeli untuk memutuskan pembelian.
Penerapan token bisa sangat beragam, selain fitur umum dan mudah diterapkan seperti administrasi dan profit farming, fitur yang lebih spesifik akan tergantung pada sifat proyek.
Berbeda dari pasokan dan distribusi token, proyek bebas berkreasi dalam membangun aplikasi untuk token secara efisien.
Adopsi Model Token
Proyek perlu memilih apakah token mereka akan mengadopsi model deflasi, inflasi, atau hibrida.
Deflasi
Sebagian besar investor lebih menyukai model ini, karena persediaan token dibatasi pada tingkat yang tetap.
Beberapa proyek yang melakukan deflasi antara lain, Avax, BNB, Luna.
Pasokan token ini hanya akan berkurang dari waktu ke waktu melalui mekanisme coin atau token burning.
Model deflasi memiliki kelebihan yaitu mudah dirancang, tidak membutuhkan terlalu banyak rumus matematika untuk membangun model deflasi yang efektif, sehingga banyak proyek yang menyukai model ini.
Inflasi
Dalam model inflasi, token tidak akan memiliki persediaan tetap dan akan dicetak lebih banyak dari waktu ke waktu.
Itu berarti pasokan akan meningkat secara bertahap. Token bisa ditambahkan pada jadwal tetap, dicetak menurut persamaan nonlinier, atau dicetak sesuai permintaan.
Model inflasi jauh lebih sulit untuk dirancang dan dipelihara daripada model deflasi.
Namun, ada beberapa aturan dalam merancang model token inflasi yang perlu mendapat perhatian khusus, yaitu:
Mencetak lebih banyak token sesuai permintaan tidak diperbolehkan. Hal ini dikhawatirkan investor karena akan menimbulkan inflasi yang tidak terkendali.
Inflasi yang lebih besar dari 200%/tahun akan membuat sangat sulit untuk mempertahankan model ekonomi token. Namun, inflasi tidak selalu merupakan hal yang buruk.
Misalnya, dalam ekonomi normal, mata uang harus selalu memiliki tingkat inflasi tertentu untuk membantu meningkatkan perekonomian. Beberapa ekosistem utama saat ini menggunakan model inflasi, seperti Ethereum dan Polkadot.
Hibrida
Selain deflasi dan inflasi ada pula model hibrida dalam token ekonomi, ini sudah diterapkan oleh proyek blockchain Solana.
Banyak proyek telah berhasil menerapkan model hybrid ke tokenomics mereka, seperti Solana.
Di blockchain tersebut, token SOL merupakan token inflasi, tetapi karena tingkat inflasi awalnya adalah adalah 8 persen dan secara bertahap menurun selama 10 tahun ke depan hingga mencapai 1,5% per tahun.
Kemudian metode deflasinya ada di mekanisme pembakaran token untuk setiap transaksi dengan perhitungan , dengan volume transaksi on-chain yang cukup besar, yang akan menghasilkan tingkat pembakaran tahunan lebih tinggi dari 1,5%.
Setiap model memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing tergantung pada tujuan proyek.
Penting untuk mempertimbangkan dengan cermat penggunaan model pasokan dan memberikan perhitungan yang akurat.
Itu dia poin penting dalam token ekonomi yang perlu diketahui. Proses merancang tokenomics pun bukan perkara mudah, sehingga konsultasi dengan ahli bisa menjadi opsi agar distribusi token bisa berjalan dengan baik dan menguntungkan semua pihak. (flo/jpnn)
Redaktur & Reporter : Natalia